Mantan pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic menyatakan dirinya sebagai “pria yang lembut, seorang pria toleran” dan menegaskan dirinya justru mencoba untuk mencegah terjadinya perang dan kemudian bekerja untuk mengurangi jatuhnya korban di semua pihak dalam konflik berdarah Bosnia era 1992-1995, saat sesi persidangan terhadap dirinya di pengadilan kejahatan perang Den Haag Selasa kemarin (16/10).
Klaim dustanya itu justru disambut cemoohan dan teriakan, “Dia bohong.. Dia berbohong!” kata para korban Muslim yang menonton dari tribun publik.
Karadzic, yang menghadapi tuduhan termasuk genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, diberikan waktu 90 menit untuk membuat pernyataan atas perannya dalam perang yang menewaskan sekitar 100.000 orang yang kebanyakan muslim Bosnia. Pernyataan itu tidak dibuat di bawah sumpah, yang hal itu berarti Karadzic tidak bisa langsung diperiksa oleh jaksa.
Karadzic, seorang psikolog dan mantan penyair, mengatakan kepada hakim dia adalah seorang “dokter dan sastrawan” serta seorang pemain yang tidak mau terjadi pecahnya kekerasan di Yugoslavia. Dia mengatakan bahwa sebelum perang banyak teman-temannya, termasuk penata rambutnya, adalah Muslim.
“Alih-alih dituduh peristiwa yang terjadi dalam perang kami, saya harusnya dihargai untuk semua hal baik yang telah saya lakukan,” katanya melalui penerjemah pengadilan. “Saya melakukan segala sesuatu dalam usaha untuk menghindari perang … Saya berhasil mengurangi penderitaan semua warga sipil.”
Karadzic, 67, tampak santai dan ceria di pengadilan sambil membaca pernyataannya dari sebuah teks yang sudah disiapkan, membantah potret dirinya yang kejam yang banyak digambarkan oleh media.
“Semua orang yang mengenal saya tahu saya bukan seorang otokrat, saya tidak agresif, saya bukan orang yang tidak toleran,” katanya kepada hakim. “Sebaliknya, saya seorang pria yang lembut, seorang pria toleran dengan kapasitas besar untuk memahami orang lain.”
Dia juga mengatakan bahwa beberapa kekejaman terburuk dalam perang Bosnia, termasuk dua serangan penembakan mematikan di pasa Sarajevo pada tahun 1994 dan 1995, adalah “direkayasa” untuk mengubah opini publik terhadap Serbia.
Karadzic mengatakan Sarajevo adalah rumah yang diadopsinya dan “setiap mortil yang jatuh di Sarajevo menyakiti saya secara pribadi.”(fq/nedys)