“Mereka (kaum Muslimin) tidak mempunyai produk. Bagaimana mereka bisa makan jika memboikot?” Itu kurang lebih perkataan Duta Besar Denmark di Aljazair. Ia ditanya oleh wartawan koran Aljazair Asy-Syuruq Al-Yaome, soal komentarnya terhadap seruan pemboikotan produk Denmark yang diserukan kaum Muslimin di berbagai tempat akibat pemuatan kartun yang melecehkan Nabi Muhammad SAW.
Kalimat Dubes Denmark yang bermuatan provokatif itu disampaikan di tengah suasana dunia Islam tengah berupaya meredam aksi protes agar tidak menjurus pada tindakan anarkis. Termasuk DR. Yusuf Al-Qardhawi saat ini tengah mengkampanyekan aksi protes yang rasional dan menjauhi kekerasan. Tapi ternyata begitulah sikap Dubes Denmark di Aljazair, saat diwawancarai koran Asy Syuruuq Al-Yaome, Aljazair (8/2). Ia mengatakan, “Produk Denmark ke sejumlah negara Arab dan Islam tidak lebih dari 30% dari total eksport Denmark. Lagi pula, mereka (kaum Muslimin) tidak memproduk. Bagaimana mereka bisa makan kalau memboikot?”
Menurutnya, seruan pemboikotan itu tidak mengikat semua orang Muslim. “Tidak mungkin seseorang memaksa orang lain untuk membeli atau memboikot produk siapapun. Pemerintah negara Arab tidak mungkin melarang impor produk yang datang, karena mreka sudah terikat oleh undang undang dan kesepakatan bersama organisasi perdagangan dunia.”
Dalam wawancara itu ia juga mengatakan bahwa warga Arab dan Muslim melakukan aksi kemarahan atas kartun yang melecehkan Rasulullah itu, tidak bisa ditimbang dengan apa-apa. “Karena itulah apa yang dilakukan publik Arab dan Islam terhadap kartun yang dilansir Jyllands Posten, lebih merusak imej Islam dan Kaum Muslimin daripada imej Denmark sebagai sebuah negara. Khususnya apa yang terjadi di Libanon, Suria dan Indonesia,” ujarnya.
Ungkapan dubes Denmark di Aljazair ini tentu segera memicu komentar keras dari kaum Muslimin. Salah satunya Syaikh Abdurrahman Syaiban, Kepala Organsiasi Ulama Islam di Aljazair, yang mengatakan, “Perkataan ini provokasi terang-terangan terhadap perasaan kaum Muslimin dunia.” Kepada Islamonline, ia megatakan, “Mereka menghina kami di negara mereka, dan menghina kami juga di negara kami.” Lebih lanjut ia juga menyayangkan kondisi ini sebagai akibat dar kelemahan kaum Muslimin hingga terjadi pelecehan terhadap simbol suci Islam termasuk Rasulullah saw. “Pemerintah Islam, para ulama, mereka bertanggung jawab untuk menyampaikan yang hak. Pemerintah wajib melakukan itu,” katanya. (na-str/iol)