"Sunni atau Syiah?" Pertanyaan seperti ini sedang hangat dilontarkan di sejumlah lembaga pendidikan di Irak. Sejumlah wali murid turut gelisah dengan merebaknya pertanyaan yang sudah pasti menebar konflik antar sekte Irak ke anak-anak mereka di sekolah. Bukan itu saja, mereka khawatir jika permasalahan itu justru menambah perpecahan kaum Muslimin Irak lalu cenderung lebih mengutamakan sekte nya masing-masing ketimbang untuk kepentingan nasional Irak sendiri.
Ala Al-bashari, kepada Islamonline mengatakan, "Anak saya Wassam, adalah murid di distrik Bashrah selatan Irak kelas empat SD. Saat ia berkenalan di sekolah, banyak teman-temannya yang bertanya, "Kamu sunni atau syiah?" Ia juga menjelaskan bahwa para murid ada yang menjauhi Wassam dan teman-temannya yang berasal dari sunni. Kebetulan Wassam berada di lingkungan sekte Syiah yang mendominasi kota Bashrah. Wassam sempat bertanya kepada teman-temannya, alasan mereka mengisolir dirinya. Mereka menjawab, karena dirinya adalah sunni bukan syiah.
Namun demikian Ala Al-Bashari segera mengatakan lagi, "Kami tidak menjumpai suasana seperti ini sebelum ekspansi tentara AS di sini." Ia mengajak para wali murid untuk turut memberi keterangan kepada anak-anak mereka agar tidak mengembangkan konflik antar sekte di antara mereka.
Pembicaraan soal sunni atau syiah bukan hanya beredar di kalangan murid saja, tapi juga di kalangan guru-guru. Salah seorang wali murid yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, "Sejumlah murid melaporkan aktifitas sekte tertentu yang dilakukan sejumlah guru terhadap mereka. Sebagiannya dalam bentuk membedakan penyikapan terhadap para murid, hanya karena mereka berafiliasi pada sekte atau madzhab tertentu."
Ia juga menjelaskan perihal adanya sejumlah murid yang menyampaikan informasi tentang sikap yang tidak baik terhadap murid-murid yang bernama Umar, Abu Bakar, Aisyah dan semacamnya. Orang-orang itu, memandang hanya kalangan sunni yang menggunakan nama tersebut. Seperti dilansir koran Christian Sains Monitor terbitan AS, sejumlah murid Sunni di sekolah SD di Irak dilaporkan menangis pulang ke rumahnya, karena guru di sekolahnya mengatakan, "Kaum Sunni itu teroris."
Permasalahan ini juga memiliki latar belakang dengan dihapuskannya materi pelajaran nasional Irak di sekolah-sekolah. Demikian disampaikan sejumlah pengamat pendidikan di Irak. Koresponden Islamonline di Baghdad mengatakan, bahwa tidak ada kurikulum yang meletakkan target pendidikan bagi para guru untuk masalah persatuan nasional Irak. Sejak tahun pelajaran 2004 – 2005, materi pendidikan nasional Irak sudah di hapus, dan para guru menjadi bebas menyampaikan apa saja kepada murid-murid mereka sesuai kecenderungan afiliasi sektenya.
Permasalahannya juga bukan hanya melanda kaum Sunni Irak, melainkan kaum Syiah di Irak juga menderita hal yang sama. Mereka, kalangan mahasiswa syiah Irak., menjadi khawatir untuk melanjutkan pendidikan tingi ke kampus yang berlatarbelakang Sunni di sejumlah distrik. Seorang mahasiswa Syiah mengatakan kepada Islamonline, "Banyak teman teman kami yang pindah kuliah ke Baghdad atau ke distrik selatan yang dihuni banyak orang Syiah, karena mereka khawatir tekanan yang dilakukan oleh kalangan sekte Sunni di kampus sebelumnya." (na-str/iol)