Mau Kemana Taliban?

Apalagi yang dilakukan Barat untuk menguasai negeri Muslim jika tidak dengan cara memecah belah. Strategi pecah belah ala kolonialisme itu secara terbuka dilontarkan oleh Menlu Inggris David Miliband dalam pidatonya di markas besar NATO di Brussel, Belgia, Senin (27/7).

Pada kesempatan itu, Miliband mengatakan untuk memaksa Taliban menyerah tidak cukup dengan kekuatan besar dan perlawanan senjata saja. "Kita harus bekerja sama dengan pemerintah Afghanistan untuk memisahkan antara Taliban yang menganut ideologi garis keras dengan Taliban yang bisa diajak untuk ikut serta dalam proses politik di dalam negeri," kata Miliband.

Ia meyakini bahwa strategi memecah belah Taliban merupakan kunci untuk memenangkan perang di Afghanistan melawan Taliban. "Dengan bantuan dunia internasional, perang melawan Taliban akan sukses jika Taliban dipecahbelah menjadi beberapa kelompok dan dengan meyakinkan rakyat Afghanistan bahwa kita tidak akan meninggalkan mereka sendiri di tengah Taliban. Selain itu, harus dibangun pemerintahan yang memiliki legitimasi di Afghanistan," tukas Miliband.

Menurutnya, kelompok nasionalis Pashtun-salah satu suku di Afghanistan-yang ingin menerapkan hukum Islam secara lokal, harus dipisahkan dari kelompok-kelompok yang gemar melakukan kekerasan dengan dalih jihad global. Kelompok nasionalis itu, kata Miliband, juga harus diberikan peran politik yang cukup agar mereka meninggalkan cara-cara konfrontasi dengan pemerintah.

Di sisi, Miliband mendesak pemerintah Afghanistan yang saat ini dipimpin oleh Presiden Hamid Karzai-presiden Afghanistan yang didukung Barat-untuk merangkul para militan yang mengangkat senjata demi uang, karena tidak memiliki pekerjaan atau terpaksa ikut terlibat dalam perlawanan.

Bersamaan dengan pernyataan Menlu Inggris, Presiden Afghanistan Hamid Karzai berhasil membujuk kelompok Taliban di provinsi Badghis untuk menandatangani kesepakatan gencatan senjata, yang menjadi kesepakatan pertama yang berhasil dicapai anatara pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban.

"Gencatan senjata sudah dilakukan sejak hari Sabtu kemarin di distrik Bala Murghab, provinsi Badghis lewat mediasi antara pihak pemerintah dengan para sesepuh dan pemuka masyarakat di provinsi itu," kata jubir Karzai, Siamak Herawi.

Negosiasi berlangsung selama hampir 20 hari sebelum kedua belah pihak menandatangani dokumen kesepakatan, disusul dengan penarikan mundur militan Taliban dari wilayah Bala Murghab. Berdasarkan isi kesepakatan, Taliban di wilayah tersebut setuju untuk tidak melakukan serangan terhadap para kandidat peserta pemilu dari provinsi Badghis dan mengijinkan berdirinya kantor-kantor yang akan menjadi posko kampanye para kandidat.

"Di seluruh Afghanistan, baru di provinsi ini kami mencapai kesepakatan dengan Taliban. Kesepakatan ini akan menjadi model di provinsi-provinsi lainnya," kata Herawi.

Kelompok Taliban di provinsi Badghis termasuk kelompok yang agresif melakukan perlawanan terhadap kepentingan-kepentingan pemerintahan Afghanistan maupun terhadap pasukan Barat. Pada November 2008, Taliban di kawasan ini menyerang konvoi militer yang menewaskan 13 tentara dan polisi Afghanistan.

Apakah kelompok Taliban di wilayah lain akan mengikuti kesepakatan antara militan Taliban di Badghis dengan pemerintah Afghanistan dan menjadi awal perpecahan di kalangan para militan Taliban? Sulit diprediksi mengingat Taliban sendiri terdiri dari banyak kelompok. Tapi pimpinan Taliban Afghanistan Mullah Omar, berupaya melakukan sentralisasi sistem komando Taliban dalam buku "kode etik" Taliban baru yang dirilis hari Senin kemarin. (ln/aljz/iol)