Dr. Yusuf Qardhawi menganggap pernyataan menyakitkan dari Paus Benedict XVI tentang ajaran Islam dan Rasulullah saw, adalah bagian dari kampanye AS untuk membangun superioritasnya di Timur Tengah. Qardhawi juga mengaitkan pernyataan Paus yang menolak meminta maaf kepada umat Islam itu, dengan tragedi perang salib, terlebih selama ini Vatikan jelas memiliki hubungan kerjasama ideologis dengan Amerika, untuk bermain di “wilayah hijau” Islam.
Ungkapan tegas ini disampaikan Qardhawi dalam kapasitasnya sebagai Ketua Perhimpunan Ulama Islam Internasional, di tengah aksi solidaritas "Jumat kemarahan” yang digelar di Dhoha, Qatar. Qardhawi ikut serta dalam aksi demonstrasi tersebut yang juga diikuti oleh Syaikh Hamd Bin Abdul Aziz, mantan Menteri Informasi Qatar.
Qardhawi di hadapan massa di masjid Umar bin Khattab yang terletak di ibukota Qathar, bada shalat Jum’at mengatakan, “Kampanye kejahatan yang dilancarkan Paus Vatikan, tidak terpisah dengan serangan yang dipimpin AS atas sejumlah wilayah Islam dengan nama ‘Serangan Bush’. Karena serangan itu telah menumpahkan darah dan menghilangkan harta benda serta mengarah pada perubahan keyakinan umat.” Qardhawi juga menerangkan bahwa aksi pelecehan Islam oleh Paus adalah, “Kedengkian hitam yang dibawa dalam memori perang salib, yang gagal.”
Ia juga menjelaskan sikap Perhimpunan Ulama Islam Internasional yang telah mencabut kemungkinan dialog dan kerjasama dengan Vatikan, lantaran Paus menolak mencabut perkataannya yang menyakitkan umat Islam. “Paus tetap memaksakan pikiran yang ada dalam otaknya, bukan pada hakikat Islam. Ia mengacu pada ungkapan raja Bizantium yang mengatakan Islam disebarkan dengan pedang. Kalau tidak mengacu pada pikirannya yang negatif pada Islam, bagaimana Paus mengungkapkan hal itu?” ujar Qardhawi.
Lebih tegas lagi, Qardhawi bertanya kepada Paus, “Sekarang, apa komentar anda tentang teks perjanjian Lama (taurat) yang terang-terang mengajak pembantaian dan pembunuhan?” (na/iol)