Syaikh DR. Yusuf Al-Qaradhawi menutup lawatannya, setelah empat hari di Indonesia, melalui pertemuan dengan Wakil Presiden Yusuf Kalla. Dalam pertemuan terakhirnya itu, Qaradhawi menyampaikan beberapa pesan yang menunjukkan beliau sangat memperhatikan Indonesia hingga masalah yang detail.
Salah satunya, Qaradhawi menyinggung secara tegas di depan Kalla, soal kondisi hotel di Indonesia yang merupakan negara Muslimin yang jumlahnya paling besar di seluruh dunia ini. “Tidak layak bagi negeri yang dihuni mayoritas Muslim dan diduduki oleh jumlah Muslimin terbesar di dunia, bila hotelnya menjajakan minuman keras terang-terangan, ” kata Qaradhawi. Ia menyayangkan kondisi yang ia saksikan sendiri saat ia selama beberapa hari menginap di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Karenanya, ia mengatakan, “Ini kemungkaran yang harus dihilangkan.”
“Seharusnya mereka tidak dibiarkan bebas memamerkan botol-botol minuman keras itu dan menyembunyikannya di tempat lain. Kecuali saat ada pengunjung yang memintanya, ” demikian ujar Qaradhawi. Inilah kritik pertama yang langsung disampaikan seorang tamu negara terkait masalah khamr. Selain itu, Qaradhawi juga menyampaikan, hendaknya hotel di Indonesia dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan arah kiblat, sehingga para pengunjung dapat melakukan shalat dengan arah yang pasti. Barangkali, hal itu terkesan sepele bagi sementara orang, tapi sesungguhnya dalam pandangan Qaradhawi, situasi itu menjadi aneh ketika ia merasa berada di tengah negara berpenduduk Muslim terbesar.
Tema pembicaraan DR. Qaradhawi dengan Kalla, bertemakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menekan kemungkaran. Termasuk dalam kemungkaran itu adalah kebodohan, keterbelakangan, sampai pemalsuan hasil pemilu. “Kebodohan, keterbelakangan, tekanan terhadap kelompok oposisi, dan manipulasi suara dalam pemilu juga termasuk kemungkaran yang harus dihilangkan, ” katanya.
Kepada dewan parlemen Indonesia menjelang kepergiannya di Bandara Sukarno Hatta Cengkareng, Qaradhawi masih tetap berpesan agar para anggota dewan itu peduli dengan konstituennya yang telah memilih mereka sebagai wakil rakyat. Mereka diminta untuk kerap mendiskusikan berbagai masalah dengan rakyat dan para pakar, sebelum mereka menyampaikan pendapat di parlemen. “Semua anggota dewan parlemen mempunyai prioritas yang harus mereka lakukan terhadap negaranya dan rakyat yang telah memilihnya, ” ujar Qaradhawi.
Tak sampai di situ, Ketua Organisasi Ulama Internasional itu juga menasihati agar para anggota parlemen di Indonesia benar-benar mendukung aksi pemberantasan kemungkaran. “Itu masalah paling penting yang harus dilakukan seorang parlemen Muslim di manapun, ” tandasnya. (na-str/iol)