Pernyataan Paus Benediktus XVI terus menuai kecaman dunia Islam, termasuk dari ulama internasional Syaikh Yusuf Qardhawi yang minta ummat Islam untuk menjadikan hari Jum’at (22/9) depan sebagai hari “Amarah Orang Berakal”, sebagai respon pernyataan Paus yang memojokkan ajaran Islam pada Selasa pekan lalu.
Seperti dilansir Aljazeera, ulama kelahiran Mesir itu mengatakan, “Kami serukan Muslimin pada hari Jum’at depan, Jum’at terakhir pada Bulan Sya’ban, untuk menjadikannya sebagai "Hari Amarah Orang Berakal." Kami ingin amarah yang damai tanpa kekerasan.”
Lebih lanjut Qardhawi juga meminta ummat Islam jangan coba-coba menyerang gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya, serta menganjurkan kepala-kepala perwakilan Arab dan Islam di Vatikan untuk menyampaikan protes tertulis atas pernyataan Paus itu.
Terkait permintaan maaf kemarin yang dilontarkan pimpinan Katolik tertinggi itu, Qardhawi menilai itu bukan sebagai permohonan maaf, pasalnya teks pidato Paus yang tendesius itu tidak ditarik.
Pada keterangan sebelumnya pihak Vatikan sendiri berpendapat bahwa umat Islam keliru memahami pernyataan Paus. Namun ulama yang tinggal di Qatar itu justru menganggap pernyataan ‘keliru dalam memahami’ itu sebagi bentuk pelecehan lainnya terhadap umat Islam. “Ketika kata-kata itu sangat jelas, kita tak perlu mempertanyakan niat,” sindir Qardhawi.
Senada dengan Qardhawi, Sekjen Persatuan Ulama Islam Internasional Muhammad Salim mengatakan, “Selagi teks (pelecehan) itu belum ditarik dari pidato itu, maka pelecehan itu akan terus berlangsung.”
Sementara itu Mufti Kerajaan Arab Saudi Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah menilai justru agama-agama lain selain Islam yang kerap menempuh jalan kekerasan. Abdul Aziz juga berpendapat jihad itu hak bagi umat Islam. “Spirit jihad dalam Islam adalah hak yang telah Allah syariatkan atas Muslimin,” tandas dia.
Respon lebih keras lagi muncul dari Irak. Dua kelompok bersenjata diberitakan mengancam akan membunuh Paus. Dalam siaran persnya, Ashaib al-Jihaad al-Iraqiyyah mengatakan, “Ketahuilah, bahwa tentara Muhammad pasti menghampirimu, dalam waktu lama atau dekat, yang akan menyerang dan merobohkan tiang-tiang negaramu.”
Lebih tegas lagi kelompok Jaisy al-Mujahiidin mengatakan, “Balasan itu harus dengan tindakan bukan dengan kata-kata. Sesuatu itu dinilai dengan apa yang dilihat bukan apa yang didengar.”(ilyas/aljzr/im)