Qaradhawi, "Waspadai Konspirasi Memecah Belah Muslim Pakistan dan Libanon"

Forum Ulama Islam Internasional yang dipimpin DR. Yusuf Al-Qaradhawi mengingatkan konspirasi yang mengarah pada perpecahan umat Islam, terutama di wilayah Asia. Dan upaya merekatkannya hanyalah dengan memberi ruang kebebasan dan memperbanyak dialog.

Seruan ini, sebenarnya lebih dikhususkan kepada Muslim di Pakistan. Dr. Qaradhawi menyerukan diselenggarakannya perdamaian nasional dan merujuk pada ketetapan hasil suara dalam pemilu. Qaradhawi juga menyerukan masyarakat Muslim Libanon untuk bersatu mengisi kekosongan politik dan memilih Presiden sesuai keinginan mereka.

Dalam pernyataan sikap yang diterima Islamonline, Qaradhawi menuliskan, “Pakistan, baik pemerintah maupun rakyatnya harus segera melakukan rekonsiliasi nasional dan merujuk pada ketetapan hasil suara pemilu tanpa intervensi pemerintah, juga pembebasan para tawanan poitik dan mencabut sikap represif dari para aktivis oposisi. ”

Selain itu, disebutkan juga, “Ada rencana khusus untuk memunculkan permusuhan di kalangan rakyat Pakistan dengan membangkitkan sentimen kelompok di antara mereka. Apa yang terjadi dalam bentuk kejahatan, pembunuhan, sikap otoriter, penghapusan kebebasan, akan menambah besar penolakan rakyat dan memunculkan perang saudara. ”

Di sisi lain, Qaradhawi juga berbicara kepada kelompok oposisi Pakistan agar mereka bisa mengendalikan kondisi berbahaya yang kini sedang dialami negaranya. Sebab, ada konspirasi besar yang saat ini menerpa Pakistan untuk melumpuhkan kekuatan Islam penting di Pakistan melalui pertikaian internal sesama rakyat Pakistan.

Qaradhawi selanjutnya menyinggung apa yang terjadi di Libanon. Ia menyerukan agar rakyat Libanon sepakat untuk mengisi kekosongan politik dan memilih Presiden sesuai kehendak rakyat Libanon secepat mungkin. Qaradhawi menegaskan, penundaan masalah tidak membawa mashlahat bagi negara yang kini terancam oleh berbagai konspirasi yang ingin memecah belah umat Islam di Libanon.

“Apa yang kini menimpa Libanon telah mengancam persatuan dan stabilitas negara, dan bisa menjeremuskan kembali Libanon – semoga Allah tidak menetapkannya- pada perang saudara yang pernah dirasakan pahitnya selama lebih dari 15 tahun, ” tulis Qaradhawi.

Empat bulan terakhir, situasi politik di Libanon memang sedang panas akibat terjadi ketegangan antara kelompok oposisi dan mayoritas rakyat akibat pemilu presiden setelah masa kepemimpinan Emiel Lahud, yang sudah habis pada 23 November ini. Parlemen Libanon menyelenggarakan forum untuk memilih presiden empat kali, karena tidak ada kesepakatan dari kelompok oposisi dan suara dominan terhadap para capres. Padahal, Lahud, sudah habis masa jabatannya Jum’at besok

Memperpanjang penundaan pemilu presiden ini kemudian memunculkan fase kritis yang mengkhawatirkan banyak orang, bila terjadi pemisahan Libanon menjadi dua. Padahal situasi seperti itu nyaris pernah terjadi akibat perang saudara selama tahun 1975-1990. (na-str/iol)