Syaikh Yusuf Qaradhawi, ketua Al-Quds Foundation, mengingatkan negara-negara dunia, utamanya negara Arab dan Islam, untuk tidak terburu-buru melakukan normalisasi diplomatik denga Israel.
Ia juga mengingatkan agar pemerintah negara Arab dan Islam tidak melakukan langkah apapun terkait normalisasi, selama Israel tidak mundur dari penjajahan di Palestina dan mengizinkan berdirinya negara Palestina.
Qaradhawi menyampaikan hal ini di sela-sela konferensi kelima Al-Quds Foundation yang dihadiri banyak tokoh Islam dunia, di Aljazair. Pelaksanaan konferensi ini, bersamaan dengan penyelenggaraan pertemuan puncak negara Arab. “Ada sejumlah orientasi dalam pertemuan itu, di mana sebagian orang dari sejumlah negara sudah melakukan normalisasi dengan Israel, ada pula yang menolak normalisasi itu dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel selama mereka masih penjajahan masih berlangsung di Palestina, ” ujar Qaradhawi.
Menurut Qaradhawi, kaum Muslimin tidak akan menerima normalisasi dengan Israel kecuali bila negara Palestina benar-benar berdiri di Palestina. “Ketika itulah kita boleh berpikir tentang normalisasi, ” tambahnya.
Seperti diketahui, Mesir dan Yordania sudah menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Sementara ada pula sejumlah negara Arab yang sudah sepakat mendirikan kantor komunikasi dengan Israel. Mauritania bahkan sudah membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Saat ini para pimpinan Arab sedang berkumpul di Riyadh untuk mengkaji berbagai ide perdamaian Arab dengan Israel, sebagai lanjutan dari pertemuan tahun 2002 di Beirut. Di tahun tersebut, disimpulkan bahwa ide normalisasi dengan Israel baru dilakukan bila Israel menarik mundur pasukannya dari perbatasan yang dirampasnya tahun 1967 termasuk Jerussalem Timur, juga ketika berdirinya negara Palestina merdeka, dan diperoleh solusi yang adil bagi pengungsi Palestina. (na-str/iol)