Presiden Rusia Vladimir Putin tiba-tiba saja menyatakan keinginannya yang berbeda menyikapi kemenangan Hamas di Palestina. Hari Kamis (9/2), ia mengaku akan mengundang pemimpin Hamas yang saat ini tengah membentuk pemerintahan Palestina baru, untuk datang ke istananya di Moskow, dan membahas prospek perdamaian di Timur Tengah.
Dalam sebuah konferensi pers di ibukota Spanyol, Madrid, Putin yang tengah berkunjung ke negara tersebut mengatakan, “Rusia tengah melakukan komunikasi dengan organisasi Hamas dan rencananya akan mengundang pemimpin Hamas berziarah ke Moskow.” Ia menambahkan bahwa pihaknya tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. “Saat ini, kami mengetahui bahwa Hamas telah menguasai pemerintahan Palestina hasil dari pemilu legislatif yang merupakan pilihan rakyat Palestina,” ujarnya. Katanya lagi, “Kami tidak terburu-buru mengklaim organisasi apapun sebagai organisasi teroris.”
Namun demikian ia mengakui juga bahwa pihaknya harus berupaya mencari jalan keluar dan langkah-langkah yang bisa diterima oleh berbagai kekuatan politik di Timur Tengah, khususnya di Palestina, baik masyarakat internasionalo maupun Israel. Sementara itu, Ismail Haniyah, tokoh politik Hamas mengatakan bahwa Hamas memang akan mengunjungi Rusia jika telah menerima undangan resmi dari pemerintah Rusia.
Pernyataan Putin yang akan mengundang Hamas mendapat respon keras dari sejumlah negara Barat. Terlebih sejauh ini sikap Barat, khsusunya AS, menolak kemenangan Hamas jika belum mengakui eksistensi Israel. AS juga mengancam akan memotong dana bantuan yang sebelumnya diberikan untuk Palestina, sebanyak 234 juta dolar. Uni Eropa juga bersikap sama, menolak berinteraksi dengan Hamas lantaran pemenang pemilu Palestina itu belum mengakui eksistensi Israel. Bahkan Kofe Annan mengatakan, “Kelompok apapun yang ingin terlibat dalam demokrasi, harus melucuti senjatanya.”
Menanggapi pernyataan Putin, seorang petinggi AS mengatakan, “Semua negara ingin berkumpul bersama rakyat Palestina, termasuk Rusia. Tapi ia harus memperketat syarat yang telah diletakkan oleh para pemimpin dunia internasional terkait interaksi dengan Hamas.” Meski terkejut dengan sikap Putin yang sebelumnya disebut telah sepakat dengan sejumlah rumusan bersama dalam pertemuan negara Kwartet, namun AS masih melarang para pejabatnya untuk berkomentar soal rencana undangan Rusia kepada Hamas itu. (na-str/iol)