Anak lelaki Benazir Bhutto, Bilawal Bhutto Zardari menyatakan tidak percaya dengan para pejabat di Pakistan yang menyelidiki kasus pembunuhan ibunya. Ia meminta agar PBB ikut menangani investigasi tersebut.
"Banyak bukti forensiik yang dirusak. Kami tidak percaya dengan penyelidikan yang dilakukan oleh pemerintah Pakistan, " ujar Bilawal dalam keterangan persnya di London, Selasa (8/1).
Dalam keteran persnya, Bilawal juga mengkritik pemerintah AS yang mendukung Presiden Pakistan Pervez Musharraf sebagai sekutunya dalam "perang melawan teror." Menurutnya, kediktatoran Musharraf telah memicu ekstrimisme di Pakistan dan jika AS tidak memberikan dukungan pada seorang diktator, "Kita bisa dengan sukses menangani persoalan kelompok ekstrimis, " tukas Bilawal.
Bilawal yang masih kuliah di Universitas Oxford, ditunjuk untuk melanjutkan kepemimpinan ibunya sebagai ketua Pakistan People’s Party (PPP). Sementara ini, kepemimpinan PPP dipegang oleh ayahnya, Asif Ali Zardari. Atas penunjukkan itu, Bilawal yang masih berusia 19 tahun mengakui pengalaman politiknya masih kurang, namu ia akan berusaha menjalankan tugas sebagai ketua PPP.
"Sangat penting memberikan harapan bagi generasi baru di Pakistan yang bukan hanya mementingkan pemilu ini, tapi lebih dari itu. Saya punya darah politik. Saya akui pengalaman saya masih sangat terbatas, tapi saya mau belajar, " ujar Bilawal. Meski demikian ia meminta agar diizinkan untuk melanjutkan kuliahnya di Oxford.
"Prioritas saya adalah kembali ke Oxford, melanjutkan kuliah. Saya tidak memiliki kebijaksanaan yang cukup untuk memasuki arena politik, jika saya tidak menyelesaikan pendidikan saya dan mengembangkan diri saya, " sambungnya.
Sementara itu Presiden Musharraf menegaskan bahwa pemerintahannya berkomitmen untuk mengungkap kasus pembunuhan Bhutto. Sesuai dengan pernyataannya yang akan meminta bantuan kepolisian Inggris untuk menyelidiki pembunuhan Bhutto, hari Selasa kemarin, tim dari Scotland Yard tiba di Islamabad. Bersama Scotland Yard, seorang detektif Pakistan yang berhasil mengungkap pembunuhan wartawan Wall Street Journal bernama Daniel Pearl pada tahun 2002, juga ikut serta dalam tim penyelidik. (ln/aljz)