Puluhan ribu anggota dan pendukung Hamas menyelenggarakan pawai dan aksi di stadion kota Gaza memperingati ulang tahun ke 21 berdirinya Gerakan Hamas. Peserta pawai yang jumlahnya puluhan ribu itu membawa bendera hijau dan mengibar-ngibarkannya. Nyaris stadion di kota Gaza, berubah warna menjadi hijau. Bendera hijau yang melambangkan dan menunjukkan kekuatan Hamas, dan sejak kelompok militan itu mengambil alih seluruh Gaza dari al-Fatah.
Hamas yang lahir di Gaza, dan didirikan oleh Syeikh Ahmad Yasin, yang lumpuh, dan tewas akibat tembakan rudal oleh helikopter Israel telah mempunyai pengaruh luas, di wilayah Palestina, baik di Gaza atau di Tepi Barat. Gerakan yang didirikan Syeikh Yasin itu merupakan bagian dari gerakan Ikhwanul Muslimin, yang bercita-cita ingin membebaskan Palestina dan Yerusalem yang dijajah oleh Israel.
Sekarang satu-satunya kekuatan politik dan militer di wilayah Palestina, yang efektif dan berpengaruh dalam menghadapi penjajah Zionis-Israel adalah Hamas. Meskpun, diblokade oleh Israel, sejak memenangkan pemilu, dua tahun yang lalu, tapi tidak menggoyahkan dan mempengaruhi tujuan dan cita-cita yang ingin ditegakkan Hamas yaitu mendirikan Negara Palestina yang bebas dan merdeka dari penjajahan Israel.
Mereka terus bertahan dalam menghadapi kondisi yang paling menyakitkan bagi kehidupan rakyat Palestina, terutama di wilayah Gaza.Hamas, yang ikut serta dalam pemilu Januari (2006) yang lalu, dan mengalahkan kekuatan lama, yaitu al-Fatah,yang sekuler, dan merupakan warisan Yaser Arafat. Kemenangan itu, menimbulkan ketakutan di kalangan pemerintahan Israel, yang mendorong negara-negara Barat (Amerika dan Eropa), melakukan embargo, dan menuduh Hamas, sebagai kelompok ‘teroris’. Tujuan yang dilakukan Zionis-Israel dan negara-negara Barat melakukan embargo, tak lain ingin melemahkan Hamas dan memaksa gerakan itu, tunduk kepada kepentingan Israel.
Sekarang, Mesir melalui kepela intelijennya Mohammad Sulaeman ingin memaksa Hamas, agar menerima kompromi yaitu berdamai dengan Israel. Tawaran itu, hanya disetujui oleh Hamas, melalui perundingan yang alot, yaitu gencatan senjata, bukan perdamaian. Dan, gencatan senjata itu, menurut fihak Hamas, sewaktu-waktu dapat dibatalkan, jika Israel melanggar perjanjian yang mereka sepakati. Hamas tidak mau terikat perjanjian secara permanen dengan fihak Israel, yang telah berkali-kali melanggar gencatan senjata.
Di Damaskus, Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Mish’al, menegaskan perjanjian dengan Israel, sewaktu-waktu dapat dibatalkan, bila fihak Israel melanggar. Sekarang, yang menjadi fokus Israel, adalah pembebasan Kopral Gilad Shalid, yang masih berada di tangan kelompok militant di Gaza. Tak ada perundingan yang diharapkan mengenai pembebasan Gilad Shalid, kecuali fihak Hamas, menginginkan pembebasan tahanan Palestina, yang jumlahnya sekarang mencapai 11.000 tahanan.
Hamas yang secara ideologis berawal dari Jamaah Ikhwanul Muslimin, pengaruhnya sangat kokoh di Palestina, terutama di Gaza, dan kini di Tepi Barat. Gerakan yang awalnya merupakan social dan pendidikan itu, kini telah berobah menjadi gerakan politik dan militer. Gerakan yang berawal melawan Zionis-Israel hanya dengan ‘batu’, saat Intifadah berlangsung, kini mereka telah mengembangkan senjata yang lebih canggih, yaitu roket. Para pejuang Hamas menargetkan di tahun 2010 nanti, roket yang kami ciptakan sudah dapat menjangkau Tel Aviv, ujar sebuah sumber Hamas. Gerakan perlawanan di tanah pendudukan Palestina itu, meskipun mereka menghadapi berbagai tekanan dan agresi militer Israel, tapi mereka semakin solid dan kokoh, dan bahkan membuat ‘nyali’ Zionis-Israel, menjadi menciut. Menurut Associated Press, jumlah massa yang hadhir di peringatan ke 21 Hamas, yang berkumpul di stadion di kota Gaza itu, tak kurang 150.000 massa, sehingga lapangan itu penuh dengan warna hijau.
Dalam kesempatan itu, pemimpin Hamas, Ismail Haniya menegaskan dalam pidatonya, yang sangat penuh heroik itu : “Kami akan mempertahankan wilayah kami dari serangan Israel. Dari batu sampai menggunakan roket’ Pidato Haniya itu disambut dukungan massa yang gemuruh”. Mereka menunjukkan bahwa gerakan Hamas masih tetap hidup.
Karena, gerakan itu hanya meminta pertolongan dan dukungan dari Allah Azza Wa Jalla, tidak meminta pertolongan dan dukungan dari musuh-musuh Islam. Mereka tidak terpengaruh dengan pergantian presiden di Amerika, karena mereka juga menyakini, siapapun yang memimpin Amerika, tak lebih dari ‘budak’ Zionis-Israel.
Merek tak terlalu banyak berharap dengan Obama. Hamas di usianya yang ke 21 itu, akan terus berjuang membebaskan tanah airnya dari tangan-tangan kotor Zionis-Israel, yang sudah berdiri sejak tahun l948, dan mereka yakin dengan izin dan pertolongan Allah Azza Wa Jalla, dapat membebaskan wilayah yang kini dikuasai penjajah. Selamat berjuang Hamas di tanah jajahan. Wallahu’alam.(mhd/bbc/iol)