Puluhan Jihadis asal Kuwait telah melintasi perbatasan Turki menuju ke Suriah untuk mendukung Tentara Pembebasan Suriah (FSA) melawan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, kantor berita Kuwait melaporkan hari Minggu kemarin (10/6).
FSA, kekuatan perlawanan bersenjata utama negara itu, dilaporkan menyambut para pejuang Kuwait untuk melakukan “operasi jihad,” kata kerabat para pejuang Kuwait kepada surat kabar al-Qabas.
Pejuang dari negara lain, termasuk sekelompok besar pejuang asal Aljazair, Saudi dan Pakistan, juga telah bergabung dengan puluhan pejuang asal Kuwait di Suriah, laporan itu menyatakan.
Setelah kedatangan mereka, para pejuang Kuwait diberi kartu identitas Suriah, yang bisa digunakan dalam kondisi keadaan darurat,” kata kerabat para pejuang.
Mereka kemudian dipersenjatai dan dikirim ke berbagai provinsi di Suriah. Kerabat para pejuang juga mengatakan bahwa banyak yang ditolak dari mendaftar di FSA karena mereka di bawah usia 18 tahun.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa ada sejumlah besar senjata di perbatasan Turki-Suriah.
FSA sebagian besar terdiri dari mantan tentara Suriah yang melakukan desersi sebagai protes terhadap tindakan keras berdarah pemerintah terhadap kelompok oposisi dan rakyat, yang telah menewaskan lebih dari 13.500 orang sejak Maret 2011, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
FSA semakin mendapatkan kekuatannya dengan meningkatkan serangan terhadap pasukan pemerintah dan memperluas daerah di bawah kendalinya.
Selama akhir pekan, dua lingkungan di pusat kota Homs di bawah kekuasaan Tentara Pembebasan Suriah yang kemudian dibombardir oleh pasukan pemerintah.
Meskipun pemberontak bersikeras mereka masih tidak dibantu oleh negara-negara asing, mereka mengatakan mereka sekarang memiliki akses yang cukup untuk uang dari tokoh oposisi Suriah dan organisasi oposisi di luar negeri dan menggunakannya untuk membeli persediaan senjata di pasar gelap, laporan menyatakan.
Awal tahun ini, wakil menteri dalam negeri Irak mengatakan beberapa jihadis dalam perjalanan dari Irak ke Suriah dan senjata dikirim ke penentang rezim Assad.
Pada bulan Maret, seorang syaikh dari suku sunni Irak mengaku pernah mengirim ratusan orang dan puluhan ribu dolar senjata dan bantuan lainnya ke Suriah untuk mendukung pemberontakan terhadap Assad.
Para syekh, yang identitasnya dirahasiakan selama wawancara dengan The Daily Telegraph, mengatakan bahwa setengah lusin anak buahnya telah membayar dengan nyawa mereka selama konflik sipil berdarah di Suriah. Dia mengatakan mereka telah dikuburkan di mana mereka terbunuh.(fq/aby)