gambar: Universitas Nottingham
Lebih dari 50 akademisi dari berbagai universitas di AS, Kanda, Inggris dan Irlandia, menulis surat terbuka yang isinya mengungkapkan keprihatinan mereka atas sanksi berupaka pemecatan yang dilakukan University of Nottingham di Inggris terhadap kolega mereka, Dr. Rod Thornton, dosen jurusan ilmu politik dan hubungan internasional di universitas tersebut.
Tanggal 4 Mei kemarin, pihak universitas memecat Thornton yang mengajar bidang ilmu antiterorisme, terkait hasil riset yang dipresentasikannya dalam acara konferensi tahunan British International Studies Association. Dalam laporan hasil risetnya itu, Dr. Thornton dengan detil membeberkan contoh-contoh tindakan manajemen Universitas Nottingham yang dianggapnya sebagai pelanggaran serius berdasarkan Terrorism Act yang diberlakukan tahun 2000.
Thornton menilai pihak universitas telah memberikan "bukti yang salah" pada polisi, sehingga kedua mahasiswa universitas itu ditangkap atas tuduhan terorisme. Ia juga beranggapan bahwa pihak universitas berusaha untuk mendiskreditkan dua mahasiswa yang memang sedang melakukan penelitian tentang Al-Qaida itu, hanya karena telah mengunduh artikel-artikel tentang program pelatihan di Al-Qaida dari situs milik pemerintah AS.
Akibatnya, Rizwaan Sabir, salah satu mahasiswa yang sedang mengambil gelar master dan melakukan penelitian tentang Al-Qaida serta mengunduh artikel-artikel tersebut ditangkap polisi dan ditahan selama 6 hari. Peristiwa ini terjadi pada bulan Mei 2008.
Pihak universitas juga berhasil melobi aparat berwenang agar memaksa Thornton menghapus artikel berisi hasil penelitiannya itu dari situsnya. Tindakan itu dianggap belum cukup, dan akhirnya manajemen universitas memecat Thornton.
Dalam surat terbuka "koalisi akademisi" yang dimuat harian Guardian, Selasa (10/5), mereka menuntut agar Universitas Nottingham mencabut pemecatan terhadap Thornton dan mendesak pihak universitas agar melakukan penyelidikan secara terbuka dan menyeluruh berdasarkan hasil riset yang dilakukan Thornton.
Diantara para akademisi yang menandatangani surat terbuka itu antara lain, Profesor Noam Chomsky dari MIT, (ln/guardian)