Protes Pelecehan terhadap Islam, Muslim Afghanistan Gelar Aksi Puasa

Seorang profesor di Afghanistan memilih cara berpuasa sebagai ungkapan rasa cintanya pada Rasulullah saw dan sebagai bentuk protesnya terhadap pihak-pihak yang telah melecehkan Rasulullah Muhammad Saw. Ia menyatakan tidak akan berhenti berpuasa sampai pihak-pihak yang melecehkan Rasulullah dan Islam menyampaikan permohonan maafnya.

Muhammad Sediq Afghan, nama profesor itu, melakukan aksi puasa dengan membuka tenda di kota Kabul, ibukota Afghanistan. Profesor di lembaga World Philosophical Mathematics Research Center yang berbasis di Kabul ini sudah seminggu menjalankan aksinya.

"Orang lain membakar bendera dan berbuat kerusuhan. Kami tidak suka ini, kami ingin melakukan segala sesuatunya dengan cara damai. Saya akan tetap berpuasa sampai si pembuatnya minta maaf, " kata Afghan seperti dilansir Christian Science Monitor edisi Senin (10/3).

Pernyataan itu ditujukan Profesor Afghan untuk koran-koran Denmark yang belum lama ini kembali mempublikasikan kartun-kartun Nabi Muhammad saw dan untuk Geert Wilders, anggota parlemen Belanda yang telah membuat film anti-Quran.

Apa yang dilakukan Profesor Afghan ternyata menginspirasi banyak orang, yang kemudian ikut berpuasa sebagai bentuk protes mereka. "Saya berasal dari Kunduz (wilayah pedalaman Afghanistan) dan sedang berkunjung ke sini ketika saya melihat tenda Pak Afghan, " kata Bashir Ahmad.

"Saya setuju dengan pesan ini, dan saya pikir kekerasan bukanlah cara untuk memecahkan persoalan ini. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk ikut aksi puasa, di sinilah saya sekarang, " sambung Ahmad menceritakan awal ia bergabung dengan aksi yang dilakukan Profesor Afghan.

Beberapa hari setelah Profesor itu membuka tendanya di sebuah taman di kota Kabul, banyak orang yang kemudian datang ke tendanya dan ikut menjalankan aksi serupa hingga jumlahnya sekarang mencapai lebih dari 60 orang.

Umumnya, warga Afghanistan mengungkapkan kekesalan pada media-media Barat yang menurut mereka menerapkan standar ganda.

"Suratkabar-suratkabar di Inggris setuju untuk tidak menulis tentang keberadaan Pangeran Harry di Afghanistan. Tapi ketika ada orang mempublikasikan sesuatu yang melukai lebih dari satu milyar orang, mengapa media massa Barat bicara soal kebebasan pers?, " tukas Hamid Asir, seorang wartawan lokal.

Seperti diberitakan, ketika Pangeran Harry yang anggota pasukan Inggris ditugaskan ke Afghanistan, media massa Inggris melakukan kesepakatan dengan militer Inggris untuk tidak membocorkan informasi tersebut. Pangeran Harry hanya tiga bulan bertugas di Afghanistan, setelah berita keberadaannya di negeri itu dibocorkan sebuah situs Amerika.

Tindakan koran-koran Denmark mempublikasikan kembali kartun-kartun Nabi Muhammad saw dan pernyataan anggota parlemen Belanda yang telah akan menayangkan film anti-Islam, memicu aksi protes Muslim di berbagai negara termasuk Afghanistan.

Pada hari Minggu (9/3) Muslim Afghanistan di kota Kabul dan Jalalabad melakukan aksi turun ke jalan memprotes penghinaan yang dilakukan Barat terhadap Rasulullah. Di Jalalabad, pengunjuk rasa membakar bendera-bendera Denmark dan Belanda. Sementara sekitar 200 anggota dewan legislatif Afghanistan meneriakan yel-yel "Mati, untuk musuh-musuh Islam" dalam aksi protes di luar gedung parlemen di Kabul.

Profesor Afghan, yang tubuhnya mulai terlihat kurus karena puasa yang dijalaninya, meminta negara-negara Barat berhenti melecehkan Islam. "Eropa menghabiskan uang milyaran di Afghanistan. Tapi kami hanya minta mereka untuk lebih menghormati agama kami, " tandasnya. (ln/iol)