Sastrawan kawakan Mesir Gamal al-Ghaythani mengumumkan dirinya menolak undangan dan memboikot sebuah festival budaya yang akan digelar di Jerman pada Oktober mendatang. Aksi penolakan dan boikot ini menyusul kasus ditusuk dan dibunuhnya seorang Muslimah berjilbab asal Mesir di negara Panser itu.
Al-Ghaythani menjelaskan, aksi yang dilakukannya juga menyusul ketidak jelasan sikap yang diambil oleh pemerintahan Jerman di hadapan kasus ini, yang terus berlarut hingga sekarang.
Sebelumnya, Marwa al-Syarbini, seorang Muslimah asal Mesir berusia tiga puluhan tewas ditikam oleh seorang lelaki asal Rusia di sidang pengadilan wilayah bagian Saxonia, Jerman, karena kasus pelecehan agama. Lelaki Rusia itu divonis hukuman yang cukup berat oleh pengadilan karena ulahnya yang melecehkan identitas Marwa. Tak terima oleh putusan hakim dan kian memuncaknya rasa sakit hati, pria Rusia itu pun menusuk leher Marwa dengan sebilah pisau.
Ironinya, petugas keamanan Jerman justru melepaskan tembakan ke arah Marwa, karena disangka Marwalah yang tengah membunuh pria Rusia itu.
Al-Ghaythani pun memandang kasus di atas menuntut pemerintahan Jerman untuk mengeluarkan nota permintaan maaf secara resmi sekaligus menyatakan sikap yang jelas, karena sudah terbilang sudah berada di batas ambang yang termaafkan.
Festival budaya itu sendiri sejatinya akan digelar pada 25 Oktober mendatang selama lima hari berturut-turut di Gothe Institut, Jerman, serta di beberapa stasiun radio Jerman.
Gamal al-Ghaythani merupakan sosok sastrawan Mesir terkemuka. Sosoknya didaulat sebagai "pewaris tahta" kesusastraan Naguib Mahfouz, sastrawan Mesir peraih Novel Sastra di tahun 80-an. Dari tangan al-Ghaythani telah lahir puluhan novel, yang rata-rata menjadi karya sastra penting di Timur Tengah. Kini, al-Ghaythani juga menjadi pemimpin redaksi koran sastra Mesir Akhbar al-Adab. (L2/im)