Profil Syaikh Ahmad Muaz Al-Khatib, Pimpinan Koalisi Oposisi Baru Suriah

Syaikh Ahmad Muaz al-Khatib akhirnya ditunjuk sebagai presiden dari Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, aliansi baru yang dibentuk pada pertemuan di Qatar pada 11 November 2012 lalu.

Syaikh Khatib adalah mantan imam Masjid Umayyah di Damaskus dan salah satu tokoh yang dihormati di Suriah.

Dia dipenjara beberapa kali karena kritikannya terhadap pemerintah selama pemberontakan melawan Presiden Bashar al-Assad sebelum ia melarikan diri dari negaranya dan menetap di Kairo.

Syaikh Khatib tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu dan dikenal sebagai seorang tokoh moderat yang telah menyerukan pluralisme politik dan sangat menentang perpecahan sektarian di antara warga Suriah.

“Kami menuntut kebebasan untuk setiap warga Sunni, Alawi, Ismaili (Syiah), Kristen, Druze, Asyur … dan hak untuk semua bagian dari rakyat Suriah yang harmonis,” ujarnya setelah terpilih sebagai pemimpin Koalisi Nasional.

Lahir pada tahun 1960, Khatib berasal dari keluarga Muslim Sunni terkenal di Damaskus. Ayahnya, Syaikh Muhammad Abu al-Faraj al-Khatib, adalah seorang ulama Islam terkemuka dan pengkhotbah.

Khatib awalnya belajar Geofisika Terapan di universitas dan bekerja selama enam tahun sebagai seorang ahli geologi di Perusahaan Petroleum al-Furat.

Dia kemudian menjadi terkenal sebagai pengkhotbah Islam, menjadi imam Masjid Umayyah di Damaskus yang bersejarah sekitar 20 tahun yang lalu.

Setelah ia dilarang berkhotbah pada masa pemerintahan ayahnya Bashar al-Assad, Hafez al-Assad, Khatib mulai beroperasi di bawah tanah.

Menurut kantor berita Reuters, ia mengajar di Institut Belanda di Damaskus dan melakukan kampanye untuk reformasi demokrasi sebagai bagian dari Deklarasi Damaskus, yang terdiri dari koalisi partai-partai politik, kelompok hak asasi manusia dan aktivis pro-demokrasi yang ditandatangani pada tahun 2005.

Khatib juga mendirikan Masyarakat Peradaban Islam, dan mengajarkan Syariah Islam di institut Syaikh Badr al-Din al-Husni di Damaskus, dan Dakwah di Institut Tahzib untuk ilmu pengetahuan Syariah.

Keahliannya itu membuat dirinya melakukan perjalanan ke banyak negara lain untuk mengajar, termasuk Bosnia-Hercegovina, Belanda, Nigeria, Turki, Inggris dan AS.

Khatib juga mendirikan sebuah situs web Islam, Darbuna.com, yang mengatakan tujuannya adalah “berkomunikasi dengan sesama pendakwah dan berdiskusi dengan mereka tentang cara terbaik untuk berdakwah dan memberitakan kebesaran Allah”.(fq/bbc)