Siapa yang tak kenal tokoh Muammar Gaddafi, tokoh dunia Arab yang kontroversial dan menjadi salah satu tokoh yang kerap memicu "kekesalan" dunia Barat karena sepak terjangnya, terutama keterbukaan Gaddafi dalam memberikan dukungan dan pendanaan kelompok-kelompok yang oleh Barat dianggap kelompok Islam militan dan teroris. Libya pun menjadi salah satu negara yang diisolasi Barat dalam dunia internasional.
Namun di tahun ke-39 kekuasaannya di Libya, Gaddafi mengambil langkah tak terduga. Sikapnya pada dunia Barat, terutama musuh bebuyutan Amerika Serikat, melunak. Ia mengumumkan normalisasi penuh hubungan Libya-AS dan normalisasi itu ditandai dengan kunjungan Menlu AS Condoleeza Rice ke Libya.
Normalisasi hubungan Libya-AS memicu munculnya berbagai spekulasi, yang diawali dengan kesediaan Gaddafi membayar ganti rugi bagi para korban pengeboman pesawat Pan Am ketika sedang terbang melintasi kota Lockerbie, Skotlandia. Gaddafi baru bersedia membayar ganti rugi itu sekarang, meski sudah mengakui bertanggung jawab atas aksi pengeboman tersebut sejak tahun 2003. Dari sini timbul dugaan bahwa kunjungan Menlu AS ke Libya, bukan semata-mata menandai rukunnya kembali kedua negara itu, tapi Rice akan mendesak Gaddafi untuk segera mencairkan dana ratusan juta dollar sebagai kompensasi bagi para keluarga korban insiden Lockerbie.
Tak urung Gaddafi pun kembali menjadi sorotan dunia media massa internasional. Tapi siapakah sosok Gaddafi sebenarnya?
Sosok yang Unik
Nama Muammar Gaddafi mulai mencuat ketika ia berhasil memimpin kudeta tak berdarah di Libya. Pemuda yang saat itu masih berusia 27 tahun itu merebut kekuasaan di Libya dari tangan Raja Idris I.
Gaddafi lahir di kawasan gurun pasir dekat Sirte tahun 1942 dari keluarga keturunan Arab Badui. Gaddafi muda sangat mengagumi pemimpin nasionalis Mesir Gamal Abdul Nasser dan pernah ikut dalam aksi-aksi protes anti-Israel pada masa krisis Terusan Suez tahun 1956.
Gaddafi pernah mengenyam pendidikan militer di Inggris dan ketika kembali ke Benghazi-salah satu kota besar di Libya-ia melakukan kudeta, tepatnya tanggal 1 Septemberr 1969. Gaddafi menuangkan filosfi-filosofi politiknya yang menjadi semacam ‘konstitusi’ Libya dalam sebuah buku yang disebut ‘Buku Hijau’ pada tahun 1970. Dalam buku itu Gaddafi menggabungkan sosialisme dan kapitelisme yang dikombinasikan dengan aspek-aspek keIslaman sebagai dasar ideologi Libya.
Pada tahun 1977, ia memperkenalkan sistem kenegaraan yang disebutnya sistem ‘Jamahiriya’ atau ‘Negara Rakyat’ di mana kekuasaan tertinggi berada pada sebuah ‘komite rakyat’ yang jumlah anggotanya mencapai ribuan.
Sosok Gaddafi adalah sosok yang unik. Dalam kunjungannya ke sebuah negara, dia tinggal dalam sebuah tenda gaya masyarakat Arab Badui yang ditata dengan mewah. Dia juga mempekerjakan pengawal-pengawal perempuan lengkap dengan persenjataannya.
Sejumlah analis mengungkapkan pendapatnya tentang sosok Gaddafi-pemimpin Libya yang berpangkat Kolonel itu. "Dia adalah sosok yang unik baik dalam pernyataan-pernyataannya, perilakunya, tindakan-tindakan dan strategi-strateginya, " kata analis asal Libya, Saad Djebbar.
"Gaddafi menganggap dirinya sebagai orang yang sangat intelek. Untuk seorang otokrat, temperamennya kadang secara mengejutkan sangat filosofis dan membuat orang merenung, " ungkap Benjamin Barber, analis politik asal AS yang beberapa kali bertemu dengan Gaddafi.
Menurut Barber, sebagai orang yang berasal dari suku yang terbelakang di Arab, Gaddafi mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman dari kehidupan padang pasir yang keras, dan itulah yang membuat sosok Gaddafi menjadi sosok pemimpin yang tipikal, cukup modern, memiliki kemampuan untuk bertahan-paling tidak untuk saat ini, selama 39 tahun, Gaddafi masih bertahan sebagai pemimpin Libya dan ia menjadi satu-satunya pemimpin Arab yang paling lama berkuasa.
Antara ‘Anjing Gila’ dan Pemimpin Spiritual
Selama puluhan tahun memerintah Libya, Gaddafi berusaha menanamkan pengaruhnya di negara-negara sekitarnya. Ia pernah mengirimkan pasukannya ke Chad dan berhasil menguasai Jalur Aozou di utara Chad. Di era tahun 1980-an, Gaddafi memberikan keleluasaan bagi para kelompok-kelompok pemberontak dari Afrika Barat untuk membuka kamp-kamp latihan di Libya. Gaddafi juga dikenal sebagai sosok yang memberikan dukungan dan bantuan dana bagi sejumlah kelompok yang oleh Barat disebut kelompok miitan dan teroris. Ia disebut-sebut memberikan sokongan pada Tentara Republik Irlandia (IRA) dan organisasi-organisasi pembebasan Palestina.
Sikap itulah yang membuat dunia Barat kerap mengecam Gaddafi yang berujung pada pengisolasian Libya dari pergaulan dunia internasional. Mantan Presiden AS Ronald Reagan bahkan sampai menjuluki Gaddafi dengan julukan "Anjing Gila." Tahun 1986, AS membombardir kota Tripoli dan Benghazi sebagai respon atas dugaan keterlibatan Libya dalam sejumlah aksi-aksi serangan di Eropa. Serangan itu kabarnya sempat membuat Gaddafi terguncang, karena seorang angkatnya tewas dalam serangan tersebut.
Meski agak kontroversial dan nyentrik, sosok Gaddafi juga dikenal sebagai tokoh yang berupaya keras untuk menyatukan dunia Arab. Tapi kemudian ia beralih untuk menyatukan negara-negara Afrika dan memperkenalkan ide "Negara-Negara Bersatu" di benua Afrika. Sebagai kampanye ide "Afrika Bersatu" Gaddafi mengenaikan pakaian yang sportif yang dihiasi dengan emblem-emblem negara-negara Afrika, atau mengenakan busana yang bergambar para pemimpin negara Afrika.
Di dalam negerinya, Gaddafi menempatkan diri sebagai ‘pemberi semangat’ bagi bangsa Libya meski pada prakteknya, Gaddafi tak ubahnya sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan absolut dan cenderung otoriter. Ia misalnya, memberlakukan kontrol yang ketat terhadap kebebasan pers dan membuat undang-undang yang melarang aktivitas kelompok-kelompok yang secara ideologis menentang Gaddafi.
Menurut organisasi pemantau Hak Asasi Manusia Human Rights Watch, kebijakan itu justru mendorong banyak orang untuk melanggarnya. Akibatnya, ratusan orang di penjara dan ada beberapa di antara mereka dihukum mati.
Siapa Penerus Gaddafi
Gaddafi bukan tidak sadar usianya sudah semakin tua dan ia harus menyiapkan penerusnya. Gaddafi tidak secara terang-terangan menampilkan figur orang yang akan menggantikannya kelak. Tapi analisa-analisa menyebutkan bahwa Gaddafi sedang menyiapkan anak lelakinya Sayf al-Islam untuk menggantikannya.
Namun Sayf-yang dianggap sebagai tokoh reformasi Libya-justru mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia politik di negerinya. Oleh sejumlah analis, pengunduran diri Sayf dinilai hanya sebagai taktik untuk meningkatkan popularitasnya.
Di tahun ke-39 kekuasaannya, Gaddafi berjanji akan melakukan berbagai perubahan di Libya yang akan lebih berpihak pada kepentingan rakyat Libya. Ia berjanji akan membenahi kementerian-kementerian negaranya dan membersihkannya dari korupsi. Saat ini, rakyat Libya merasa bahwa mereka tidak menikmati kekayaan negerinya, karena pelayanan sosial yang buruk dan pejabat-pejabat negara banyak yang korup. Untuk itu, Gaddafi berjanji akan membagikan keuntungan pendapatan negara dari hasil minyak ke pada rakyat Libya.
Itulah sosok Gaddafi, pemimpin Libya yang nyentrik dan kontroversial. Keputusannya untuk normalisasi penuh hubungan Libya dan AS juga memicu spekulasi akankah Libya akan menjadi negara yang tunduk pada semua perkataan AS dan Gaddafi akan kehilangan keberaniannya untuk mengecam kebijakan-kebijakan AS seperti yang selama ini dilakukannya? Mampukah Gaddafi mewujudkan perkataannya, bahwa meski Libya sudah ‘berbaikan’ kembali dengan AS, Libya tidak akan mengizinkan AS ikut campur urusan dalam negeri Libya. Apakah ‘singa tua’ ini masih bisa mengaum dengan suara keras menghadapi hegemoni Barat? Waktulah yang akan menjawabnya.(ln/bbc)