Arla Foods, produsen produk olahan hasil peternakan terbesar asal Denmark memastikan, mulai Kamis (6/4) produk-produk mereka sudah kembali dijual dipasar negara-negara Muslim setelah beberapa minggu lamanya diboikot menyusul publikasi kartun Nabi Muhammad Saw.
"Mentega dan keju dari Arla Foods dijual kembali di 3.000 toko dan supermarket di Timur Tengah," demikian bunyi pernyataan resmi perusahaan tersebut seperti dikutip AFP. Mereka menyatakan sudah mendapatkan jaminan dari 31 perusahaan retail langganannya di Arab Saudi untuk mengakhiri boikot mulai Sabtu (8/4) besok.
"Kami gembira langganan terbesar kami Arab Saudi telah memutuskan untuk mencabut boikot tersebut," kata Juru bicara Arla Foods, Finn Hansen.
Perusahaan ini memang paling terpukul dengan aksi boikot tersebut. Sebelum boikot, produk-produknya dijual di hampir 50.000 outlet yang tersebar di seluruh Timur Tengah. Nilai penjualan mereka di wilayah ini pada tahun 2005 mencapai 495 juta dollar. Produk-produk Arla menguasai sekitar 6 sampai 8 persen bisnis di negara-negara Arab. Aksi boikot kemarin, telah menyebabkan perusahaan itu rugi sebesar 1,6 juta dollar per hari.
Untuk mengumumkan kembalinya produk-produk Arla ke pasar Timur Tengah, perusahaan itu secara khusus akan menggelar kampanye di Arab Saudi.
"Kami akan memulai kampanye pada hari Sabtu di televisi-televisi Arab Saudi dan para tenaga penjaulan kami akan berkeliling dengan mobil untuk memberikan penjelasan tentang posisi kami pada pemilik toko dan pelanggan," kata Direktur Reginonal Arla, Jan Pederson.
Namun perusahaan Denmark itu membantah laporan yang menyebutkan bahwa Arla Foods berencana mensponsori sebuah konferensi internasional bertema pemahaman antar agama, seperti yang tercantum dalam sebuah iklan satu halaman penuh di surat kabar Asharq Al-Awsat yang berbasis di London. Dalam iklan itu disebutkan bahwa Arla memutuskan untuk mensposori sebuah konferensi internasional tentang Nabi Muhmmad Saw untuk mendorong pemahaman yang lebih baik antara agama dan budaya di dunia.
"Arla Food tidak mensponsori konferensi semacam itu dan kami tidak memasang iklan-iklan seperti ini," kata Juru bicara Arla, Louis Honore pada kantor berita Denmark, Ritzau. Meski demikian Honore mengatakan bahwa perusahaannya berminat untuk mendukung konferensi atau seminar yang menjembatani antar budaya. (ln/iol)