Pro Kontra Pemikiran Turabi, Kufur atau Liberal?

Pemikir Islam Dr. Hasan At-Turabi asal Sudan kini menjadi buah bibir di kalangan tokoh Islam Sudan. “Pemikiran Islam” yang diangkat oleh At-Turabi mendapat respon penolakan cukup besar dari kalangan Islam Sudan. Bukan hanya ditolak, pandangan-pandangan At-Turabi bahkan dinilai berlawanan dengan pandangan Ahlu Sunnah wal Jamaah, dan dianggap menghina kemuliaan agama dan para Nabi.

Hasan Al-Turabi dikenal sebagai sosok pemikir, ulama-intelektual, sekaligus politikus. Dia disebut sebagian orang sebagai arsitek utama Republik Islam Sudan. Karier politiknya dimulai sejak dia memimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun Sudan (1964) dan menjabat Sekretaris Jenderal Islamic Charter Front. Pada 1969, setelah berlangsungnya upaya kudeta oleh kaum kiri terhadap rezim Numeiri, untuk pertama kalinya dia mendekam di penjara Sudan hingga tahun 1977.

Dalam sejumlah tulisannya, ia menuangkan refleksi pemikiran hukum Islam. Menurutnya, agama adalah integrasi idealitas dan realitas. Sehingga, meskipun bersumber wahyu Ilahi yang absolut dan abadi, agama mestilah merakyat dan dinamis. Tesis ini menekankan sifat fiqih Islam—dalam pengertian yang luas: ibadah, muamalah, siyasah—sebagai berpihak pada rakyat dan bersifat demokratis. Oleh karena itu, ijmak —sebagai sumber hukum selain Al-Quran dan Sunnah —adalah konsensus semua masyarakat Islam dan bukan semata hak para fuqaha.

Dr. Hasan Al-Turabi pernah berdialog dengan para Islamisis dan akademisi Amerika bertajuk "Islam dan Demokrasi." Diskusi yang dimoderatori oleh John L. Esposito dan diberi kesimpulan oleh John Voll ini telah memosisikan Turabi sebagai pemikir yang matang.

Namun begitu Kepala Asosiasi Resmi Ulama dan Juru Dakwah Sudan, Syaikh Amin Al-Haj Muhammad Ahmad, termasuk yang menganggap pendapat At-Turabi bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang luhur. Ia menganggap At-Turabi banyak terpengaruh oleh pandangan yang menguntungkan kelompok kiri. Baru-baru ini, stasiun satelit Al-Jazeera mewawancarai Amin Haj Muhammad Ahmad terkait dengan pandangan At-Turabi. Menurut Amin Haj, dirinya tidak begitu terkejut dengan pemikiran baru tentang Islam yang dilontarkan At-Turabi. “Sejak tahun 60 an bahkan ketika dia juga menduduki kekuasaan, ketika ia menyampaikan penyimpangan, kami telah berbicara tentang hal itu dengan mengkritisi perkataannya.”

Amin Haj mengaku telah menulis sebanyak 20 buku yang mengkaji dan membantah pandangan Turabi tentang Islam. “Setiap orang memang bisa salah dan benar, tapi pandangan Turabi bertentangan dengan pandangan ahlu sunnah wal jamaah. Ia memandang penolakan terhadap apa yang memang sudah menjadi aksiomatis dalam Islam, ia juga menolak sejumlah hadits yang sudah diterima secara umum oleh kaum Muslimin, ia juga menolak ijma’ kaum Muslimin. Ini semua bisa menyebabkan orang menjadi kafir.”

Lebih jauh Amin Haj menjelaskan bahwa ada banyak yang bisa menyebabkan Turabi menjadi kafir. Yang paling utama adalah Turabi membolehkan orang murtad dan menolak hukum hudud atas kemurtadan. “Ada banyak sekali, tapi kami batasi fatwa kami ini terhadap sesuatu yang paling bertentangan dengan apa yang diyakini oleh kaum Muslimin. Belum lagi sikap meremehkan para nabi dan pembicaraannya tentang kekeliruan Rasulullah saw.,” kata Amin Haj.

Karena itu, menurutnya, ia dan sejumlah ulama yakin apa yang dilakukan oleh Turabi benar-benar telah berseberangan secara nyata dengan apa yang telah berlaku baku dalam agama Islam. “Hukum bagi orang yang menolak apa yang sudah baku dalam Islam secara aksiomatik, atau menolak hadits-hadits yang telah diterima kaum Muslimin seperti hadits tentang lalat misalnya, itu cukup menyebabkan seseorang menjadi kafir. Meski kami tidak menyatakan Turabi kafir, tapi pemikiran itu bisa menyebabkan orang Muslim menjadi kafir.”

Ahmad Haj mengaku mendapat tudingan sebagai kelompok ‘takfiir’ dari banyak pihak utamanya kelompok kiri di Sudan. Namun ia mengatakan dirinya tidak heran dengan tudingan itu. “Ini suatu hal yang lumrah. Apa yang disampaikan Turabi itu secara ideologis memang sesuai dengan apa yang diyakini kelompok kiri Komunis, kelompok Yahudi dan Kristen. Apa yang dilakukan Turabi itu pasti menguntungkan mereka.”

Amin Haj juga mengaku bukan tidak mau mengajak diskusi Turabi secara dingin, terkait pemikiran-pemikirannya. Menurutnya, ia berulangkali mengajak Turabi untuk berdiskusi secara terbuka melalui media massa, bahkan melalui antar pribadi yang ia yakin kenetralannya. Tapi tawaran diskusi itu tidak mendapat jawaban sampai sekarang. (na-str/aljzr)