Diperkirakan senjata-senjata pembunuh yang akan digunakan dalam 20 tahun ke depan, akan melanggar batas moral, kata peraih Nobel Jody Williams, dari “Kampanye Penghentian Robot Pembunuh”.
“Jika perang mereduksi peran tentara manusia diubah menjadi mesin senjata penyerang , maka yang menjadi korban utama adalah warga sipil , merekalah yang akan menanggung beban perang,” kata Williams, yang memenangkan hadiah nobel perdamaian 1997 karena kampanyenya tentang pelarangan ranjau darat.
Mesin perang sejenis sudah dilakukan akhir akhir ini seperti drone yang dapat dikemudikan dalam jarak jauh, Drone sudah digunakan oleh beberapa Negara dan perusahaan penerbangan dalam operasi pertempuran.
“Kita sudah memiliki sejumlah persetujuan otonomi,” kata Noel Sharkey, profesor Artificial Intelligence dan Robotika di University of Sheffield.
“Saya pikir kita sudah ada izin prinsip . Jika Anda meminta saya untuk membuat robot pembunuh otonom hari ini, saya bisa melakukannya. Aku bisa membuatmu satu unit di sini dalam beberapa hari,” katanya kepada wartawan.
Namun teknologi ini masih jauh dari mampu untuk membedakan antara seorang tentara dan seorang warga sipil.
“Ide untuk membuat robot yang bisa melakukan identifikasi terhadap jenis manusia tampaknya konyol bagi saya,” kata Sharkey
Tetapi, pemerintah Inggris hingga hari ini masih belum berniat mengembangkan teknologi robot penyerang tersebut.
“Tidak ada rencana untuk mengganti personil militer yang terampil dengan sistem sepenuhnya otonom,” kata seorang juru bicara Departemen Pertahanan Inggris.
“Meskipun Royal Navy memiliki sistem pertahanan, seperti Phalanx, yang dapat digunakan dalam mode otomatis untuk melindungi personil dan kapal dari ancaman musuh seperti rudal, tetapi keterlibatan operator manusia yang mengawasi seluruh operasi tetap diperlukan,” tambah juru bicara itu.
Kemajuan pesat dalam teknologi telah memungkinkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Cina, Rusia, Israel dan Jerman untuk bergerak menuju sistem yang akan segera memberikan mesin perang dengan otonomi penuh, menurut laporan oleh Human Rights Watch.
Maka Steve Goose dari Human Right Watch mengkampanyekan untuk menolak program tersebut dengan mengatakan, “Kami berpikir bahwa jenis senjata tidak akan mampu untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional,” (Rts/Dz)