Presiden Sudan Omar al-Bashir Menolak Meninggalkan Abyei

Presiden Sudan Omar al-Bashir menolak meninggalkan kota diperbatasan yang sangat kaya minyak Abyei. Al-Bashir menambahkan pasukannya akan menanggapi setiap "provokasi", dari tentara Sudan Selatan, yang sudah melepaskan diri, dan menjadi negara merdeka pada tanggal 9 Juli.

Pasukan Utara merebut wilayah ini setelah terjadi pertempuran dengan pasukan selatan yang menewaskan 22 orang.

Para analis kawatir perebutan kota di perbatasan yang kaya minyak yaitu Abyei itu akan menyulut kembali konflik utara-selatan, di mana sekitar 1,5 juta terbunuh.

Status Abyei tidak termasuk dalam kesepakatan damai 2005 dan referendum, pada bulan Januari. Apakah daerah tersebut harus menjadi bagian dari utara atau selatan pembicaraan ditunda.

Kedua belah pihak berjuang selama puluhan tahun sebelum menyetujui untuk berbagi kekuasaan dan mengadakan referendum kemerdekaan selatan. "Abyei adalah wilayah Sudan utara," kata Presiden Bashir, kepada Reuters. Al-Bashir menambahkan: "Kami tidak akan menarik diri dari wilayah itu", tegasnya.

Sebelumnya pada hari Selasa, seorang menteri dalam Pemerintahan Nasional Selatan Sudan mengundurkan diri, dan mengatakan bahwa "kejahatan perang" telah dilakukan di wilayah yang disengketakan itu.

Luka Biong Deng, seorang pejabat senior di partai yang berkuasa di selatan, berasal dari Abyei, mengatakan ia tidak dapat bekerja lagi dengan pihak Al-Bashir dalam pemerintahan persatuan. Sekitar 20.000 orang kini mengungsi dari kota Abyei, yang telah dibiarkan kosong, kata pekerja bantuan PBB.

Kepala Komisi hak asasi manusia PBB, Navi Pillay mengatakan, dia menerima laporan bahwa pasukan utara telah melakukan pemboman terhadap wilayah sipil. Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan Selatan, dan mantan pemberontak yang sekarang memerintah Sudan Selatan, telah mendesak pasukan utara untuk menarik diri dari kota.

Utusan AS untuk Sudan, Princeton Lyman, telah memperingatkan bahwa pengambilalihan bisa membatalkan pemutihan utang senilai $ i miliar dolar. Lyman juga mengatakan bahwa Washington akan sulit untuk menghapus Sudan dari daftar negara sponsor terorisme kecuali tentara ditarik dari Abyei.

Di bawah sanksi perusahaan Sudan dilarang menggunakan mata uang dolar Amerika – suatu hambatan yang besar untuk perdagangan internasional.

AS sebelumnya telah menyarankan bahwa transisi damai untuk kemerdekaan bagi selatan dan solusi negosiasi dalam konflik terpisah di Darfur bisa menormalkan situasi.

AS melakukan campur tangan yang jauh terhadap Sudan, khususnya dukungan kemerdekaan terhadap Sudan Selatan. Sekarang AS menginginkan agar Utara melepaskan wilayah yang kaya minyak kepada Selatan. Ini sangat merugikan bagi Utara, dan ini memang skenario AS yang ingin menghancurkan Utara yang Muslim. (mh/gdn)