Presiden Palestina Mahmud Abbas menilai Hamas telah melancarkan operasi yang merusak di Ghaza dan telah membantu mereka yang tidak ingin melihat Palestina menjadi negara merdeka. Oleh sebab itu, Abbas kembali menegaskan tidak pernah mau berdialog dengan Hamas.
"Tidak ada dialog dengan Hamas sampai mereka memulihkan apa yang telah mereka lakukan dan mengembalikan apa yang telah mereka ambil, " kata Abbas pada para wartawan setelah bertemu dengan Presiden Mesir Husni Mubarak di Alexandria, Rabu (8/8).
Abbas mengatakan, dia adalah presiden yang sudah terpilih secara sah untuk mengepalai seluruh wilayah Palestina. "Mereka (Hamas) tahu apa yang telah mereka ambil dan mereka tahu bagaimana mengembalikannya, " tukas Abbas.
Tokoh Fatah Azzam Al-Ahmad sebelumnya juga melontarkan pernyataan serupa. Menurutnya, untuk mengakhiri krisis di dalam negeri Palestina, Hamas harus melepaskan kekuasaannya di Ghaza dan mengembalikan wilayah itu pada Presiden yang terpilih secara sah, Mahmud Abbas.
"Setelah itu, kami baru bisa duduk bersama dan membicarakan rencana dialog nasional, " kata Al-Ahmad di Ramallah seperti dikutip AFP.
Dalam pertemuan dengan Mubarak, Abbas juga membicarakan tentang rencana konferensi perdamaian Timur Tengah yang digagas Presiden AS George W. Bush. Meski banyak yang pesimis dengan konferensi itu, Abbas menegaskan perlunya sebuah "kerangka kerja yang riil" untuk mewujudkan negara Palestina. Dan kerangka kerja itu akan dibahas dalam konferensi tersebut.
Abbas menyatakan tidak mau hanya mengikuti "prinsip-prinsip" yang dideklarasikan Israel, dalam mewujudkan negara Palestina. "Kami tidak menginginkan hal itu. Kita sudah terlalu banyak memiliki deklarasi yang isinya prinsip-prinsip, " tandas Abbas.
Di tempat terpisah, Kepala Biro Politik Hamas Khalid Misyaal menuding ada kekuatan dari luar yang sengaja ingin mencegah rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah.
Kantor berita Yaman, Saba melaporkan, dalam kunjungannya ke Yaman kemarin, Misyaal meminta Yaman untuk membantu menyelesaikan krisis di Palestina, terutama untuk menghadapi tekanan regional maupun internasional yang tidak ingin melihat ada rekonsiliasi di Palestina.
Di tengah situasi yang masih tegang antara Hamas dan Fatah, secara mengejutkan, pemerintah otoritas Palestina memberikan pembayaran gaji bagi sekitar 2. 600 anggota pasukan eksekutif Hamas, kemarin. Tapi tiba-tiba pula, Presiden Abbas memerintahkan pembatalan pembayaran itu, dengan alasan telah terjadi kesalahan. Namun, pembayaran itu sudah terlanjur diambil oleh para anggota pasukan eksekutif Hamas dari bank-bank.
Israel Bunuh Tiga Pejuang Hamas
Di Ghaza, Israel masih terus melakukan aksi-aksi kekerasan terhadap warga Palestina. Pekerja medis Palestina membenarkan, hari Rabu kemarin, Israel menembak dua pejuang Hamas di perbatasan Israel-Ghaza. Insiden kedua terjadi di utara Jalur Ghaza, pasukan Israel menembak seorang anggota pasukan eksekutif Hamas yang sedang bertugas di sebuah pos di kota itu.
Israel mengatakan, mereka menembak tiga pejuang Hamas untuk mencegah infiltrasi para pejuang Palestina. Pasukan Israel mengklaim, mereka melihat ketiga pejuang Hamas itu mendekati perbatasan. (ln/arabnews)