Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan, pelaku pembunuhan Massoud Ali Mohammadi-pakar fisika Iran-menggunakan cara-cara "Zionis" dalam melakukan aksinya.
"Orang bisa melihat tingkat dendam musuh dari cara dia (Mohammadi) dibunuh. Metode pemboman adalah cara Zionis," kata Ahmdinejad saat memberikan pidato dalam kunjungannya ke provinsi Khuzestan, Kamis (14/1).
Profesor bidang fisika quantum di Universitas Tehran Massoud Ali Mohammadi meninggal dunia akibat serangan bom yang dipasang di sebuah sepeda motor, saat ia akan meninggalkan rumahnya hari Selasa (12/1) pagi. Aparat berwenang di Iran menduga bom itu diledakan dengan pengendali jarak jauh.
Presiden Iran, seperti dikutip kantor berita Mehr News mengatakan bahwa musuh-musuh Iran tidak senang melihat kemajuan negara Iran. "Mereka tidak bisa menjauhkan ilmu pengetahuan dari bangsa Iran dengan cara membunuh para elit di Iran," tandasnya.
Pada hari yang sama, jenazah Profesor Ali Mohammadi dimakamkan dengan pengawalan ketat pasukan Garda Revolusi Iran. Ratusan orang yang mengikuti proses pemakaman meneriakkan slogan "Mati untuk Israel", "Mati untuk Amerika."
Pihak kepolisian dan intelejen Iran belum mengumumkan hasil penyelidikannya atas kasus ini. Sejumlah pejabat Iran menuding AS dan Israel berada dibalik pembunuhan keji itu. Tokoh-tokoh oposisi di Iran yang belakangan bertentangan dengan pemerintahan Iran, seperti mantan presiden Iran Mohammad Khatami dan Hashemi Rafsanjani, ikut mengutuk pembunuhan itu. Keduanya mengatakan bahwa Profesor Ali Mohammadi adalah korban aksi terorisme.
Khatami yang belakangan menjadi pendukung tokoh oposisi Mir Hussein Mousavi mengatakan, pembunuhan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ingin memanfaatkan situasi di Iran dan menciptakan ketidakstabilan di Iran. Seperti diketahui, situasi di Iran saat ini masih tegang karena pertentangan antara kelompok opisisi dengan pemerintah Iran.
"Wajah buruk terorisme berada dibalik aksi pemboman itu. Tangan kotor telah melakukan pembunuhan ini dan tidak diragukan lagi mereka adalah musuh-musuh Iran," tulis Khatami dalam situsnya.
Sementara Rafsanjani menyebut pelaku pembunuhan itu sebagai "teroris pengecut" dan merupakan pertanda adanya "era intrik baru" di Iran.
Masih Gelap
Siapa pelaku dan apa motif pembunuhan Profesor Ali Mohammadi masih gelap. Selain tuduhan bahwa AS dan Israel sebagai dalang pembunuhan, spekulasi lain yang muncul adalah motif politik dibalik pembunuhan profesor fisika Iran itu. Pasalnya, Ali Mohammadi pernah muncul dalam petisi yang dibuat pihak universitas yang memberikan dukungan pada Mousavi dalam pemilu bulan Juni 2009.
Namun sejumlah kolega Ali Mohammadi meragukan motif politik. Mereka mengatakan bahwa Profesor Mohammadi yang pernah mengabdi menjadi Garda Revolusi Iran selama lebih 20 tahun itu, tidak pernah menjadi aktivis politik meski punya kecenderungan pemikiran soal reformasi di Iran.
"Profesor memiliki pandangan-pandangan seorang reformis tapi tidak pernah mencampuadukkannya dengan profesionalitasnya sebagai profesor," kata seorang kolega Ali Mohammadi pada Aljazeera.
Keterangan serupa diungkapkan Kepala Fakultas Ilmu Fisika Universitas Tehran, Ali Moghara. "Profesor Ali Mohammadi hanya seorang pakar fisika yang cukup dikenal di dunia, yang tidak terlibat dalam aktivitas politik apapun," tukasnya.
Sementara itu, negara AS sudah menolak tudingan Iran bahwa negaranya terlibat dalam pembunuhan profesor fisika Iran. Sedangkan sekutu AS, Israel memilih bungkam.
Laporan situs Daily Times-surat kabar terbitan Pakistan-menyebutkan, seorang pejabat Israel yang tidak mau disebut jati dirinya mengatakan bahwa "Israel akan konsisten untuk tidak memberikan komentar atas pembunuhan pakar fisika Iran." (ln/berbagai sumber)