Presiden Irak Jalaluddin Thalibani menumpahkan keresahannya soal kondisi negaranya yang kian dikuasai oleh milisi bersenjata Syiah dan Kurdi.
Kehadiran orang-orang bersenjata itu telah mengguncang Irak dan akan semakin berbahaya jika pasukan AS pergi dari Irak secara tiba-tiba, dan Irak tanpa kekuatan yang mampu mengendalikan sistem negara.
Keresahan Thalibani itu diamini oleh pimpinan Sunni dan Syiah. Tapi para pimpinan Sunni dan Syiah menganggap milisi Kurdi yang lebih berbahaya karena kekuatan organisasinya yang lebih kokoh. Mereka juga menduga pasukan perlawanan Irak akan mampu menjadi alternatif yang bisa menghalangi upaya milisi bersenjata yang ingin menguasai Irak.
Presiden Irak dalam wawancaranya kepada harian Ar Ra’i terbitan Yordania mengatakan, “Terus terang saya sampaikan, jika pasukan AS meninggalkan Irak sekarang, akan terjadi tindakan militer semena-mena dari kekuatan pasukan Kurdi dan Syiah. Mereka kini dalam kondisi siap. Mereka memiliki ratusan ribu pasukan bersenjata. Mereka mampu menguasai Irak dengan cepat, dan melebar ke seluruh Irak. ”
Thalibani menambahkan bahwa dirinya tidak ingin ada serangan Kurdi dan Syiah di lapangan militer Irak. “Kami percaya ada ratusan ribu orang Syiah dan Kurdi yang terlatih dan siap untuk melakukan serangan saat ini, ” ujar Thalibani.
Menurut Thalibani, selama belum ada kekuatan internal Irak yang terdiri dari kekuatan Arab Sunni, Arab Syiah dan Turki yang loyal kepada Irak, maka kepergian pasukan koalisi AS yang selama beberapa tahun mengagresi Irak akan memunculkan situasi berbahaya.
Sementara itu, Muhammad Basyar Faidhi, jubir resmi Komite Ulama Islam Irak mengatakan, “Perkiraan presiden Irak benar. Milisi Kurdi dan Syiah memang siap dengan senjata dan serangan. Ancaman bahaya mereka atas keamanan Irak benar-benar jelas. Kami sudah memperingatkan Thalibani terus menerus dan kami bersyukur saat ini Thalibani telah mengakui realitas tersebut. ”
Hanya saja, Faidhi berbeda pendapat dengan Thalibani soal peran yang bisa dilakukan tentara AS di Irak yang dianggap bisa meredam kekuatan milisi syiah dan Kurdi. Menurut Faidhi, “Keyakinan bahwa milisi Syiah dan Kurdi bisa dengan cepat menguasai Irak setelah kepergian pasukan AS, belum tentu benar. Ada pasukan perlawanan Irak yang juga selama ini memerangi AS dan mereka hampir bisa dikatakan mampu memenangkan perangnya selama ini terhadap AS. Kekuatan perlawanan Irak ini juga mempunyai kemampuan untuk mengalahkan milisi bersenjata Syiah dan Kurdi. ” (na-str/iol)