Presiden Federal Reserve Bank San Francisco, Janet Yellen menyatakan bahwa perekonomian AS bisa dipastikan sudah berada di ambang resesi, melihat data-data perkembangan ekonomi yang ada saat ini.
"Aliran data ekonomi yang ada saat ini menunjukkan bahwa perekonomian terus melemah lebih dari yang kita harapkan, bahkan menunjukkan kemungkinan tidak akan tumbuh sama sekali," kata Yellen dalam pidatonya di hadapan para eksekutif keuangan Silicon Alley di Palo Alto, California.
Yellen menambahkan, "Gambaran melemahnya perekonomian AS dengan jelas terlihat dan tekanan penyebab inflasi secara substansial berkurang. Secara nyata terlihat bahwa semua sektor ekonomi mengalami syok akibat hantaman krisis keuangan."
"Pertumbuhan ekonomi di paruh kuartal keempat akan melemah dan secara serentak akan mengalami kontraksi. Yang pasti, perekonomian AS nampaknya akan mengalami resesi. Kekacauan di pasar keuangan telah berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun ke depan," sambung Yellen.
Yellen mengungkapkan hal tersebut beberapa jam setelah keluar data resmi tentang defisit anggaran yang meningkat tiga kali lipat selama kurun waktu tahun 2007-2008, yaitu sebesar 455 milyar dollar atau sekitar 3,2 persen dari produk domestik bruto.
Pernyataan Yellen juga diperkuat dengan kebijakan pemerintah AS melakukan nasionalisasi bank-bank besarnya, kebijakan yang baru pertama kali dilakukan pemerintah AS sejak Great Depression di era tahun 1930-an.
Yellen mengakui tidak ada tanda-tanda yang jelas akan adanya perubahan ke arah yang positif di AS maupun di pasar keuangan global setelah hantaman krisis. "Kekacauan yang terjadi di pasar keuangan global menunjukkan adanya ancaman langsung yang sangat serius bagi kesejahteraan umat manusia," kata Yellen dalam kesimpulan pidatonya.
Menurutnya, para pembuat kebijakan di seluruh dunia harus bekerja "ekstra keras dan cepat" untuk mengatasi krisis keuangan ini. "Gambaran perekonomian global, tergantung pada sukses tidaknya kebijakan yang mereka terapkan," tukas Yellen. (ln/arby)