Chechnya, Presiden Republik Chechnya, Rusia, Ramzan Kadyrov (Ramadhan Qadaruf), menyerukan kalangan laki-laki dari rakyatnya, baik yang belum menikah atau pun yang sudah, untuk menikahi lebih dari satu perempuan, alias berpoligami.
Seruan Kadyrov tersebut ia kemukakan dalam wawancaranya dengan harian Rusia pro-pemerintah Rusiskya Jazita pada hari Selasa (7/4) kemarin. "Saya berpenapat dan berkeyakinan, jika kita, para lelaki pada waktu ini sangat menghajatkan atas poligami," ungkap Kadyrov.
Apa yang dilontarkan oleh Kadyrov sejatinya sangatlah bertentangan dengan undang-undang Rusia, yang melarang poligami. Harian berbahasa Arab yang terbit di Washington, USA, Afaq (10/4) melansir, jika apa yang distatemenkan Kadyrov adalah upaya penegasan independensi republik yang tengah dipimpinnya, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dari sentralitas pemerintahan di Moskwa.
Kadyrov sediri menegaskan hal tersebut. "Di Rusia memang undang-undang negara tidak membolehkan poligami. Tetapi saya hendak menegaskan kepada rakyat saya, bahwa siapa saja kaum lelaki Chechnya yang memiliki keinginan sekaligus kemampuan material dan mental, hendaklah mereka berpoligami," kata Kadyrov.
Presiden republik yang sempat bergolak dengan pemimpin pusat Rusia itu menegaskan, di Chechnya jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah pihak laki-laki.
"Di Chechnya, jumlah perempuan melebihi jumlah laki-laki. Tentu saja kaum perempuan butuh kepada sandaran hidup mereka. Dan saya pikir poligami adalah salah satu solusi terbaik," ungkapnya.
Ditambahkannya, meski pemeritahan pusat di Moskwa melarang hukum poligami, tetapi hal tersebut bisa menjadi pengcualian bagi republik Chechnya.
Sejak menjabat sebagai Presiden Republik Bagian Chechnya pada tahun 2007 silam, Ramzan Kadyrov mampu memainkan diplomasi yang cantik dengan pemerintahan pusat di Moskwa. Sebelum masa Kadyrov, Chechnya dan Rusia memiliki hubungan buruk yang berdarah-darah. Hubungan tersebut mulai berubah menuju lebih baik semenjak diperintah oleh Kadyrov.
Selain itu, Kadyrov juga banyak melakukan reformasi di dalam tubuh pemerintahan Republik Bagian Chechya. Ia juga banyak menerapkan undang-undang Islami dalam pemerintahannya, seperti penganjuran para perempuan Muslimah Chechnya untuk memakai jilbab di tempat bekerja mereka, baik di instansi pemerintah atau swasta.
Di pihak yang lain, Moskwa sendiri memberikan kelonggran dan otonomi penuh kepada Kadyrov untuk mengurusi negaranya secara lebih bebas dan terbuka. Otonomi tersebut bahkan tercatat sebagai yang terlonggar dibanding republik bagian Rusia lainnya.
Sebagian pengamat politik sayap kanan Rusia mengkhawatirkan akan otonomi yang luas ini. Mereka takut jika pada suatu saat nanti, Cechnya-ah yang justru akan "menjajah" Rusia. (rjz/afq/L2 Cairo)