Presiden Bush Veto Perintah Penarikan Mundur Pasukan AS dari Irak

Presiden AS George W. Bush memveto undang-undang yang menetapkan jadwal waktu penarikan mundur pasukan AS dari Irak. Ia beralasan, penarikan pasukan yang terburu-buru akan menjadikan Irak menjadi "kawah tempat kekacauan" dan pasukannya membutuhkan dana yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.

Bush menyatakan memveto undang-undang penetapan jadwal waktu penarikan mundur pasukan AS dari Irak, begitu ia tiba di Gedung Putih hari Selasa kemarin usai berkunjung ke Basis Angkatan Udara AS MacDill di Florida yang menjadi pusat komando AS atas operasi-operasi militer AS di Irak dan Timur Tengah.

Sebelumnya, ia berpidato di atas kapal induk AS, dalam peringatan empat tahun apa yang disebutnya "Misi Tercapai" di Irak dan mengatakan bahwa "Menentukan batas waktu penarikan sama dengan menentukan batas waktu bagi kegagalan, dan itu tidak bertanggung jawab."

Bush berujar, Undang-undang yang mengharuskan AS segera menarik pasukan tempurnya dari Irak untuk tahap pertama pada 1 Oktober mendatang, dilanjutkan dengan tahap berikutnya sampai semua pasukan AS ditarik dari Irak, menuntut diterapkan kondisi yang tidak mungkin dilakukan bagi para jenderal AS yang ada di Negeri 1001 Malam itu.

Menurut Bush, Irak akan menjadi surga bagi jaringan Al-Qaidah jika pasukan AS terlalu cepat meninggalkan Irak. Ia menyamakan kondisi Irak di masa depan dengan kondisi Afghanistan sebelum serangan 11 September 2001 terjadi di AS. Bush juga menuding para pejuang di Irak merupakan bagian dari jaringan yang ingin melakukan serangan lagi ke AS.

Merespon veto yang dilakukan Bush, jajaran Partai Demokrat di parlemen menegaskan tidak akan mundur untuk melakukan perubahan.

Ketua parlemen Nancy Pelosi mengatakan, "Presiden menginginkan cek kosong dan Kongres tidak akan memberikan cek itu padanya. "

Pelosi menambahkan, dia bersedia bekerjasama dengan Bush untuk menyamakan visi, "Tapi ada jarak yang jauh antara kami saat ini, " kata Pelosi.

Anggota senat Harry Reid menilai veto yang dilakukan Bush telah menempatkan pasukan AS di tengah perang sipil. "Salah, jika presiden berpikir bahwa dengan memveto undang-undang ini, dia akan menghentikan kami untuk mengubah arah dari peperangan ini, " tukasnya.

"Kenyataan di lapangan membuktikan apa yang kita semua tahu bahwa diperlukan perubahan, " sambungnya.

Sementara itu, bersamaan dengan pidato Bush yang mengklaim telah berhasil melakukan operasi-operasi besar di Irak, pertumpahan darah di negeri itu masih terjadi. Sepanjang hari Selasa kemarin, sedikitnya 30 warga Irak tewas akibat berbagai aksi kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah di Irak.

Selain itu, sejak invasi AS ke Irak tercatat 3. 300 pasukan AS tewas, termasuk sembilan tentara AS yang tewas akhir pekan kemarin. Bulan April 2007, bahkan tercatat sebagai bulan mematikan bagi pasukan AS di Irak, di mana 104 tentaranya tewas dalam kurun waktu satu bulan itu. Dengan fakta ini, entah atas dasar apa, Bush mengklaim telah berhasil "Menyelesaikan Misi" perangnya di Irak. (ln/iol/aljz)