Presiden AS George W. Bush mengungkapkan kekesalannya terhadap stasiun-stasiun televisi di negara Arab yang dianggapnya sudah memberikan kesan yang buruk terhadap negara AS. Dalam acara peluncuran program National Security Languange Initiative-sebuah program pengajaran bahasa-bahasa asing- Bush mengatakan AS harus melawan segala bentuk pernyataan yang mengatakan bahwa konsep kebebasan yang diterapkan AS hanya omong kosong semata.
"Anda tidak bisa meyakinkan orang kecuali anda meyakinkan mereka," kata Bush dihadapan para tamu saat peluncuran program tersebut oleh Kementerian Luar Negeri AS. Dan salah satu cara AS untuk melawan tudingan-tudingan miring itu, kata Bush, antara lain lewat pengajaran bahasa-bahasa asing seperti program yang baru saja diluncurkan AS.
"Program ini merupakan rencana strategis AS untuk melindungi AS dan menyebarkan demokrasi. Mereka (TV-TV Arab-red) kadang-kadang menayangkan propaganda yang tidak benar dan tidak adil serta tidak memberikan kesan yang baik pada pemirsa tentang siapa kita," ujar Bush.
Untuk membiayai program pengajaran bahasa itu, pemerintahan Bush akan mengajukan permohonan dana sebesar 114 juta dollar dalam anggaran negara tahun 2007. Program ini akan melibatkan sejumlah departemen AS termasuk Departemen Pendidikan dan Departemen Pertahanan.
Sejak serangan 11 September, Pentagon, CIA dan agen-agen keamanan AS lainnya mengeluhkan kurangnya ahli bahasa Arab dan bahasa-bahasa lainnya guna menerjemahkan informasi-informasi penting untuk keperluan keamanan.
"Kami butuh pegawai-pegawai di bagian intelejen yang paham bahasa Arab, Parsi atau Urdu," sambung Bush.
AS bisa jadi belajar dari kenangan buruk mereka sebelum peristiwa 11 September terjadi. Satu hari sebelum kejadian itu, tepatnya tanggal 10 September ada dua pesan yang mereka kemudian mereka ketahui berasal dari para tersangka dari jaringan Al-Qaidah. Dua pesan itu berbunyi ‘Tomorrow is Zero Hour’ dan ‘The Match Begin Tomorrow’. Kedua pesan rahasia ini baru bisa ‘diterjemahkan’ pada 12 September dan diserahkan pada para pengambil keputusan di AS. Namun semuanya sudah terlambat, karena pada saat itu gedung kembar WTC sudah terlanjur hancur lebur. (ln/aljz)