Presiden Abdullah Saleh dan Kekuatan Al-Qaidah

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang sudah terkepung oleh rakyatnya, yang menuntut pengundurarn dirinya, sekarang menyanyikan lagu "Al-Qaidah" sebagai ancaman negaranya.

Saleh ingin menakut-nakuti Barat, kalau ia jatuh, Yaman akan jatuh ke tangan Al-Qaida. Tentu, maksudnya si "Ali Abdullah Saleh" ingin minta tolong, dan jangan mendukung revolusi yang digelorakan rakyatnya.

Ketika gelombang revolusi di dunia Arab menyapu ke Yaman, perhatian utama AS terhadap bangsa Arab yang miskin (Yaman), dan masih terfokus kepada ancaman al-Qaeda. Karena kekuatan al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) telah mampu mengumpulkan kekuatan besar, serta dipandang oleh AS sebagai ancaman yang serius.

Presiden Abdullah Saleh selalu membanggakan dirinya, sebagai satu-satunya pemimpin di Semenanjung Arabia,yang mampu menghadapi Al-Qaidah. Tetapi, sesudah gelombang aksi yang meluas di seantero Yaman, Ali Abdullah Saleh mulai menyanyikan lagu ancaman "Al-Qaidah". "Kalau Yaman jatuh ke oposisi ini hanya akan melegalkan kekuatan Al-Qaidah di Yaman", cetusnya. Sekarang semuanya kelompok di Yaman, menyerukan kepada Saleh segera meninggalkan Yaman.

Tetapi, saat Saleh berusaha mempengaruhi para perwira tinggi militer yang sudah membelot kepada oposisi, dan ini hanya akan memberikan keuntungan yang berlipat-lipat kepada oposisi, maka tiba-tibu muncul nyanyian tentang "Al-Qaidah". Berita yag muncul di media-media Yaman, tentang ancaman AQAP (Kelompok Al-Qaidah di Semenanjung Arabia), terjadi bentrok senjata antara pasukan pemerintah dan AQAP, di Propinsi Marib dan Abyan, yang dikenal sebagai pusat gerakan kelompok Al-Qaidah.

Berita besar yang menggegerkan, hari Minggu, sebuah pabrik amunisi di Jaar, Abyan, yang ditinggalkan oleh tentara, dan kemudian diserbu oleh para penjarah, yang menyebabkan ledakan diklaim lebih 100 orang tewas, setelah seseorang menyalakan rokok di dalam gedung. Namun demikian, kata kantor berita milik negara Saba, "Al-Qaeda bertanggung jawab atas insiden ini", ujarnya.

Rabu, mengisyaratkan melalui media online, yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris, majalah Inspire (AQAP), mulai beredar di forum jihad online. Media ini terus fokus pada pada pemberontakan yang terjadi di dunia Arab, mungkin pertama kalinya al-Qaeda langsung menghadapi situasi yang sangat krusial.

Seperti yang ditulis seorang ulama Anwar Al-Awlaki. Di mana Anwar Al Awlaki menolak bahwa dentgan adanya revolusi yang sekarang ini melanda dunia Arab dan Afrika Utara, yang memunculkan gerakan rakyat yang menentang para rezim, dan melahirkan gerakan demokrasi merupakan pukulan bagi Al-Qaidah.

Anwar Al Awlaki membenarkan gerakan rakyat sekarang yang berusaha menggulingkan rezim-rezim di dunia Arab dan Afrika Utara. Meskipun, menurut Anwar dalam pandangannya, meskipun, "Hasilnya tidak harus menjadi pemerintahan Islam, tetapi apa yang terjadi akan menjadi suatu langkah ke arah yang benar," tulis Awlaqi. "Apapun hasilnya, saudara-saudara mujahidin kami di Tunisia, Mesir, Libya dan seluruh dunia Muslim akan mendapatkan kesempatan untuk bernafas lagi setelah tiga dekade sesak napas." Menurut Awlaki, mungkin Yaman negara tempat para jihadis yang paling nyaman".

Apakah ini berarti AQAP memainkan peran lebih besar dalam aksi penggulingan pemerintahan Saleh di Yaman? Banyak para pengamat politik, yang tidak sependapat bahwa Al-Qaidah memainkan peranan penting dalam aksi di Yaman sekarang ini. Tetapi, situasi di Yaman sekarang ini lebih dipicu oleh kondisi yang sangat buruk, baik dibidang sosial dan ekonomi, dan kegagalan pemerintah dalam memperbaiki kehidupan rakyat.

Beberapa laporan mengatakan, bahwa Ali Abdullah Saleh, memerintahkan pasukan elite Yaman keluar dari Abyan, dan meninggalkan pabrik amunisi, tanpa alasan yang jelas, dan menyebabkan terjadinya kevakuman (kekosongan) kekuasaan di wilayah itu, dan situasi itu kemudian diambil alih oleh Al-Qaidah.

Kekuatan Al-Qaidah menunjukkan bahwa rezim Saleh semakin kehilangan kontrol atas provinsi-provinsi yang ada di Yaman. Memang, unsur-unsur dari oposisi politik yang telah mengambil alih gedung-gedung pemerintah di Marib, Al-Jowf dan provinsi Abyan dan para pengawai pemerintah telah meninggalkan pekerjaan mereka. Presiden mempertahankan kontrol terutama atas pusat-pusat kota utama, dan tidak menginginkan jatuh ke tangan oposisi, di mana ia sudah berkuasa selama 32 tahun. (mh/tm)