Presiden Afghanistan, Khianati Rakyatnya?


Afghanistan timur dan selatan saat ini porak poranda. Sedangkan, pemilu Afghanistan untuk memilih presiden baru hanya sekitar dua bulan lagi, pada 20 Agustus mendatang. Sejak tahun 2001, pada tahun 2009 ini operasi militer AS seperti mencapai puncaknya. Afghanistan sudah berada dalam krisis yang panjang dan tak bisa dihentikan lagi.

Saat ini, kondisi Afghanistan memang compang-camping. Hampir setiap jengkal tanah Afghan tidak bisa dibilang aman, dan hampir setiap hari ada saja penduduk yang meninggal dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan tampaknya, dalam kondisi sekarat seperti ini, banyak rakyat Afghan cenderung tidak peduli pada pelaksanaan pemilunya.

Pemilu Afghan kali ini tak pelak merupakan poin krusial bagi Kabul yang didukung penuh Washington. Saking khawatirnya AS pada pemilu Afghanistan, mereka menempatkan 70.000 tentara di negeri ini, hampir menyamai jumlah tentara Afghanistan itu sendiri. Jim Jones, penasihat keamanan nasional AS mengatakan bahwa Washington akan menjami pemilu Afghanistan yang aman, kredibel dan diakui.

Tahun ini, sekarang saja, ada 40 orang kandidat yang akan menantang Hamid Karzai, presiden Afghansitan saat ini. Ini adalah jumlah kandidat yang terbanyak dalam pemilu di negara manapun. Melihat peta kekuatan saat ini, sepertinya Karzai sudah jauh-jauh hari mengonsolidasikan posisinya.

Ironisnya, tampaknya Karzai tidak akan meraih suara dari kalangan bangsa Pahstun yang mendominasi beberapa wilayah Afghan. Padahal Karzai sendiri berasal dari kaum ini. Ketidakpedulian Karzai ini bisa dilihat kecenderungan pembantaian rakyat Afghanistan yang dilakukan oleh pasukan asing, lebih banyak mengarah pada bangsa Pashtun.

Semua hal yang berkembang saat ini, semakin memojokan Taliban. AS serta merta berusaha menjauhkan Taliban dari bumi Afghanistan, paling tidak sampai akhir Agustus mendatang. Taliban, yang sama sekali tidak membahayakan siapa-siapa ini, jika dibiarkan terus bersama rakyat, akan berpotensi untuk ikut memengaruhi rakyat agar tidak terlibat dalam pemilihan Afghanistan.

Jika hal ini terjadi, maka Karzai dipastikan akan kelimpungan dalam mencari legitimasi kekuasaaannya. Dan jika Karzai tidak lagi memegang tampuk pemerintahan Afghan, AS harus memulai sesuatunya lagi dari nol, terutama jika nanti yang maju ke permukaan adalah seseorang dari bangsa Pahstun yang tidak seperti Karzai, yang telah dengan tega menelikung dan mengorbankan sukunya sendiri, bahkan rakyatnya. (sa/gn)