Presenter TV Mesir, Enam Tahun Memperjuangkan Jilbabnya

Ghada El-Tawil, enam tahun memperjuangkan agar ia tetap bisa tampil sebagai pembawa acara di televisi Mesir dengan tetap mengenakan jilbabnya. Perjuangan enam tahun itu tak sia-sia, El-Tawil kini tampil kembali di layar kaca dengan jilbabnya yang anggun, setelah pengadilan memenangkan gugatannya.

Pada BBC, El-Tawil mengisahkan perjuangannya sampai ke pengadilan untuk mempertahankan hak nya sebagai Muslimah, mengenakan jilbab. Ia sendiri mengakui, awalnya tidak mudah baginya memutuskan untuk mengenakan jilbab. Hampir setahun, El-Tawil baru bisa membulatkan tekadnya mengenakan jilab, seperti diperintahkan dalam ajaran Islam.

Ia melihat di kotanya, Alexandria, makin banyak perempuan yang mengenakan jilbab. Menurutnya, cuma satu atau dua dari 10 perempuan di kota itu yang tidak mengenakan jilbab. Tapi, di kota besar seperti Kairo, kata El-Twail, situasinya agak berbeda karena Kairo kota kosmopolitan.

Ketika memutuskan mengenakan jilbab pada Februari 2002, El-Tawil mengaku merasa bagian dari gerakan perubahan yang makin meluas, dimana ia melihat makin banyak perempuan di Mesir yang mengenakan jilbab. Tapi ia harus menghadapi konsekuensi pahit, dilarang tampil lagi di televisi sebagai pembawa acara karena mengenakan jilbab.

El-Tawil sebenarnya bukan presenter televisi pertama yang dilarang tampil lagi di layar kaca setelah mengenakan jilbab. Tapi, El-Tawil dan koleganya Hala el-Maliki adalah presenter televisi pertama yang membawa kasus ini sampai ke pengadilan.

Dalam dua tingkat pengadilan, yang terakhir bulan Juli 2005, hakim memenangkan gugatan El-Tawil. "Putusan pengadilan menyebutkan, kami boleh mengenakan apa saja yang kami suka di layar kaca sepanjang tidak mengenakan yang ‘aneh-aneh’," kata El-Tawil.

Berdasarkan putusan pengadilan itu, jumlah pegawai perempuan yang mengenakan jilbab di stasiun televisi Channel 5 Alexandria bertambah empat orang. "Dan sekarang ada lima presenter televisi yang mengenakan jilbab," ujarnya.

El-Tawil menyatakan tidak tahu pasti apa alasan manajemen stasiun televisi tempatnya bekerja, melarang presenternya berjilbab. "Mungkin mereka berpikir kami berasal dari kelompok-kelompok agamis yang fanatik, atau … entahlah, mereka tidak pernah memberikan alasan yang jelas pada kami," tukas El-Tawil.

Sekarang, setelah dibolehkan tampil di layar kaca lagi, ia merasa lebih dekat dengan para pemirsanya. "Saya membawakan program diskusi tentang isu-isu sosial, terutama ditujukan pada kaum perempuan. Ketika saya membawakan kembali acara saya minggu kemarin, banyak yang mengucapkan selamat pada saya lewat telepon on-air!" ujarnya bahagia.

Namun, pihak manajemen masih membatasi gerak El-Tawil, karena ia masih belum diizinkan untuk membawakan program berita dalam bahasa Inggris meskipun ia sudah berpengalaman 12 tahun membawakan program itu.

"Mereka bilang saya harus menjalani test dulu. Saya menolak tuntutan itu. Ketika saya mengenakan jilbab, kemampuan saya membacakan berita tidak tidak hilang. Saya tidak mampu melihat poin penting dari larangan itu. Saya berharap bisa memenangkan kasus ini juga," tandas El-Tawil (ln/bbc)