Sementara itu, negara-negara Arab semakin menjauh dari normalisasi dengan ‘Israel’, negara-negara selatan justru mulai mendukung perjuangan Palestina. Eropa sangat kecewa dengan tindakan militer Zionis yang berlebihan, menyebabkan hancurnya dukungan bipartisan yang telah dinikmati ‘Israel’ sejak awal tahun 1970-an.
Menurutnya, gemuruh perang regional ini justru sangat menguntungkan Hamas, sehingga memicu perdebatan global mengenai dampak membangun dengan ‘Israel’. Kemampuan Hamas lain dengan adanya perang ini adalah menjauhkan ‘Israel’ dari mitra internasionalnya dan mengubahnya menjadi negara paria (golongan terendah dan hina dalam agama Hindu).
Menurut analisanya, Hamas selama ini tidak perlu menunggu menjadi kuat. Namun yang dilakukan justru perlu kesabaran, daripada mengandalkan kekuatan yang cukup untuk mengalahkan ‘Israel’.
Sebaliknya, Hamas justru memanfaatkan kekuatan ‘Israel’ yang jauh lebih besar untuk mengalahkan ‘Israel’ sendiri. Agresi ‘Israel’ membunuh warga sipil Palestina, menghancurkan infrastruktur, dan menentang seruan global untuk menahan diri, justru akan menjadikan dunia mendukung Hamas.
Hamas tahu banyak mengalami kekalahan dalam banyak pertempuran sebelumnya. Namun keberhasilan luar biasa yang dicapai kelompok ini pada tanggal 7 Oktober 2023 justru akan menginspirasi generasi masa depan Palestina yang menghargai kemenangan kecil sekalipun melawan rintangan yang mustahil.
Ia juga menyoroti pejabat militer yang ‘Israel’ bertaruh mereka dapat membunuh cukup banyak pejuang Hamas dengan waktu cepat untuk menang, setelah itu akan menyelesaikan Gaza setelahnya. Sementara Hamas adalah tetap berpegang teguh pada jalan buntu.
“Apa yang harus dilakukan ‘Israel’ untuk memastikan Hamas dikalahkan?,” tulis dia.
Di akhir tulisannya menyiratkan dia tetap mendukung penjajah ‘Israel’ bisa menang melawan Hamas. Ia bahkan menyarankan agar ‘Israel’ memanfaatkan negara Arab sekitar yang memiliki permusuhan dengan Hamas, seperti; Mesir, Yordania, dan Arab Saudi agar mendanai pembangunan kembali wilayah yang hancur.
“Negara-negara ini perlu mendukung masuknya pasokan, memberikan perlindungan polisi, mendanai rekonstruksi, dan melegitimasi struktur pemerintahan apa pun yang muncul,” tulisnya.
‘Israel’ juga perlu membantu memperkuat kembali Otoritas Palestina (PA), meski organisasi ini sebenarnya telah runtuh dan dianggap tidak memiliki komitmen penuh terhadap perjuangan Palestina.
Yang menarik, dalam survei terbaru, 75% warga tepi barat dan Jalur Gaza saat ini justru lebih percaya Hamas , bukan Otoritas Palestina, untuk merebut kembali tanah Palestina yang telah dirampok ‘Israel’. Hal ini jauh dari harapan penulis yang menginginkan agar ‘Israel’ memanfaatkan Otoritas Palestina memperlemah pengaruh Hamas. (sumber: Hidayatullah)