Prancis, Berkacalah Pada Oslo!

Prancis, dengan presidennya Nicolas Sarkozy, telah dengan resmi melarang pemakaian burqa dan burqini. Baik burqa atau burqini adalah pakaian identitas sebagian orang-orang Islam di Eropa. Bedanya, burqini digunakan untuk menyebut pakaian renang perempuan Muslimah yang menutupi seluruh tubuh. Sebaliknya, orang telanjang di Prancis tidak memiliki masalah, bahkan menjadi pemandangan biasa di beberapa tempat.

Nah, berbeda dengan Norwegia—atau lebih tepatnya di Oslo. Di kota ini, para Muslimah diizinkan untuk mengenakan burqini, ketika berolahraga renang di kolam renang umum.

“Sebagian orang mengatakan mereka perlu menutup tubuh mereka,” ujar Jan Zander, pejabat penanggung jawab olah raga dan rekreasi Norwegia, kepada radio NRK. “Kami pikir, sangat penting untuk mereka yang tinggal di kota ini dan berenang dan memakai kolam renang umum.”

Menurut Zander, orang yang mengatakan bahwa burqini tidak higienis, sangatlah konyol dan bodoh. “Coba lihat para perenang professional, mereka menggunakan pakaian renang yang menutup seluruh tubuh mereka.” tandasnya. “Jika bahan pakaian itu bisa digunakan dalam air, tak ada masalah!”

Perkataan Zander ini jelas-jelas menohok pemerintah Paris, Prancis yang melarang perempuan Muslimah berenang di kolam renang umum dengan mengenakan burqini. Salah satu alasan mereka adalah burqini tidak higienis.

Tindakan Paris ini diikuti oleh banyak kota di Eropa. Di Italia utara misalnya, atau tepatnya di Varallo Sesia, juga kemudian melarang burqini dipakai perempuan Muslimah di kolam renang umum, dan para pemakainya dikenakan denda sampai 500 euro ($700 dollar).

Sedangkan di Oslo, tidak demikian adanya. Oslo adalah pusat pemerintahan, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan budaya di Norwegia. Di kota ini pula terjadi lalu-lintas perdagangan, perbankan, dan industri. Hampir 25% populasi penduduk Oslo merupakan imigran, dan Muslim di kota ini diperkirakan mencapai 150.000 dari total keseluruhan 4,5 populasi Muslim di Norwegia. So Prancis, berkacalah pada Oslo! (sa/iol)