Tiga prajurit AS mengaku menembak empat warga Irak yang menjadi tawanan militer AS dalam kondisi tangan mereka terikat dan mata ditutup. Penembakan itu dilakukan dengan menggunakan pistol.
Laporan New York Times menyebutkan, ketiga prajurit AS itu mengakui perbuatannya di hadapan tim penyelidik militer yang melakukan investigasi atas kasus tersebut sejak bulan Januari lalu. Dalam pernyataan yang dibuat atas sumpah, ketiga prajurit AS itu mengatakan, apa yang mereka lakukan untuk membalas kematian dua tentara AS anggota unit mereka.
Menurut pengakuan dua prajurit AS, pada bulan Maret atau April 2007, mereka-yang saat itu berpangkat sersan-bersama dengan seorang petugas medis senior-membunuh empat warga Irak yang menjadi tawanan militer AS dengan menggunakan pistol. Penembakan itu dilakukan di dekat kanal air di kota Baghdad. Empat tahanan Irak itu ditembak di bagian kepalanya dengan kondisi tangat terikat dan mata tertutup. Setelah ditembak, keempat tawanan Irak itu dibuang ke kanal air tersebut.
Ketiga prajurit AS itu belum dikenakan tuduhan. Namun saksi-saksi yang menyaksikan insiden itu atau mengaku mendengar bunyi tembakan saat peristiwa itu terjadi, memberatkan posisi ketiga prajurit AS tersebut. Pengacara mereka mengatakan, prajurit-prajurit itu kemungkinan besar akan dikenakan tuduhan telah melakukan pembunuhan.
Menurut New York Times, Sersan Joseph P. Mayo, Sersan Michael P dan Leahy Jr. seorang petugas medis senior membuat pernyataan tertulis atas perbuatan mereka di hadapan tim investigasi militer di Schweinfurt, Jerman. Dalam pernyataannya, Leahy menyatakan merasa malu atas perbuatannya.
"Saya malu dengan apa yang telah saya lakukan. Ketika saya melakukannya, saya pikir saya melakukannya untuk keluarga saya. Sekarang saya menyadari, dengan melakukan perbuatan itu, keluarga saya lebih terluka lagi, " tulis Leahy. (ln/presstv)