Popularitas Partai Anti-Islam, Picu Kekhawatiran di Belanda

Sukses Partai Kebebasan PVV pimpinan Geert Wilders dalam pemilu parlemen Eropa awal pekan kemarin menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Belanda. Mereka takut jika partai itu memenangkan pemilu nasional di Belanda dan Wilders terpilih menjadi perdana menterinya.

Dalam pemilu parlemen Eropa, PVV menjadi parta kedua yang meraih kursi paling banyak perwakilan Belanda di parlemen Eropa. Dari 25 kursi perwakilan negara Belanda, partai Wilders yang dikenal dengan kampanye anti-Islam dan anti-imigrannya itu, meraih empat kursi. Wilders sendiri dikenal sebagai tokoh anti-Islam dan pernah membuat marah Muslim sedunia dengan film-nya berjudul "Fitna" yang melecehkan al-Quran dan Islam.

Sukses PVV di parlemen Eropa membuat partai itu makin populer di Belanda. Tapi sebagian besar masyarakat Belanda justeru khawatir jika PVV menang dalam pemilu di Belanda, karena sikap anti-Islam dan anti-imigrannya itu. Banyak warga Belanda meyakini, Wilders akan bersikap keras dan lebih rasial dari sekarang, jika ia berhasil memenangkan pemilu.

"Setelah ini, saya sangat percaya Wilders bisa melaju ke kursi perdana menteri dalam pemilu parlemen tahun 2011, atau paling tidak Wilders akan menyiapkan agenda politiknya," kata seorang pengacara di Belanda, Alfred Bernard.

"Mengerikan jika Wilders memenangkan pemilu. Dia akan menjadi lebih ekstrim dan berpikir bahwa melecehkan Muslim adalah perbuatan terhormat," kata Marjina Bernard, seorang warga kota Rotterdam.

Di Parlemen Belanda, partai Wilders memiliki sembilan dari 150 kursi parlemen. Sebagai politisi, Wilders mengakui bahwa ia berambisi untuk menjadi perdana menteri. "Ini merupakan kerja besar partai kami. Kami sudah meraih sukses besar pekan kemarin dan sukses terbesar kami adalah menjadi momentum kemenangan itu," kata Wilders pada surat kabar Sunday Telegraph, edisi Minggu (14/6).

Wilders menegaskan, jika ia berkuasa dan menjadi perdana menteri di Belanda, ia akan memberlakukan kebijakan-kebijakan anti-Muslim. "Kami akan melarang imigran dari negara-negara Muslim, kami akan menutup semua sekolah Islam, karena masyarakat Belanda harus bangga dengan identitasnya sendiri," tukas Wilders yang pernah menyebut al-Quran sebagai "kitab fasis" dan menuding Islam ingin mendominasi kehidupan masyarakat Belanda.

"Islam bertentangan dengan kebebasan," kata Wilders pada Sunday Telegraph.

Meski demikian, sebagai warga Belanda menyatakan tidak terlalu khawatir melihat popularitas partai Wilders. Pemilik cafe di kota Rotterdam, Martin Voltuees mengatakan, warga Belanda tidak mudah terpengaruh dengan pernyataan dan ide-ide ekrimis ala Wilders.

"Kami sudah hidup di tengah budaya para imigran bahkan sejak kaum Yahudi datang ke negeri ini. Anda bisa lihat, orang kulit putih, kulit hitam, Muslim dan Kristen saling berbaur bahkan menikah satu sama lain," kata Voltuees. (ln/iol)