Kebijakan pemerintah AS yang dipimpin George W. Bush dalam perang melawan terorisme makin tak populer di kalangan masyarakat AS dan Eropa. Sebuah polling yang dilakukan dengan cakupan wilayah trans-atlantik menunjukkan bahwa 58 persen responden menentang cara Bush menangani masalah-masalah internasional dan hanya 40 persen saja yang menyetujuinya.
Situs surat kabar The Independent, edisi Kamis (7/9) menurunkan laporan hasil polling yang dilakukan German Marshall Fund of the United States, tentang kegagalan Presiden Bush dan PM Tony Blair dalam meyakinkan publik terhadap manfaat-manfaat ‘perang terhadap teror’.
Dikalangan masyarakat Eropa, prosentase yang menentang kebijakan luar negeri AS juga terus meningkat dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini, dari 56 persen menjadi 76 persen.
Sejak tahun 2002, jumlah warga Eropa yang menilai kepemimpinan AS diperlukan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dunia, mengalami perubahan yang cukup siginifikan. Turun dari 64 persen menjadi 34 persen dalam survei terbaru kemarin.
Di antara negara yang disurvei, termasuk negara Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Polandia, dan Inggris, penurunan yang cukup drastis terjadi di Jerman. Meski masyarakat Eropa membedakan antara pandangan-pandangan mereka tentang Bush dan sikap mereka terhadap AS.
Presiden German Marshall fund of the United States, Craig Kennedy mengatakan, "Dari survey kami, jelas bahwa warga AS dan Eropa masih bersemangat tentang isu-isu yang secara fundamental paling mempengaruhi keamanan kita. Dan dengan mayoritas warga AS yang untuk pertama kalinya bergabung dengan warga Eropa dalam hal ketidaksetujuan mereka terhadap cara Bush menangani persoalan internasional, AS tidak bisa menghadapi sendiri tantangan-tantangan global."
Meski hasil polling menunjukkan adanya kemerosotan kepercayaan terhadap Gedung Putih dalam perang melawan teror, kekhawatiran masyarakat Eropa dan AS akan ancaman terorisme menunjukkan peningkatan. 66 persen responden di Eropa masih melihat terorisme sebagai masalah ‘yang sangat penting’. Prosentase ini naik dari sebelumnya yang hanya 58 persen. Sedangkan di Amerika prosentasenya juga meningkat dari 72 persen menjadi 79 persen.
Kebijakan Bush di Timur Tengah, juga menimbulkan dampak negatif di Turki, yang ikut disurvei oleh lembaga tersebut. Hasil survei menunjukkan, Turki makin dingin dengan negara-negara AS dan Eropa, tapi makin hangat terhadap Iran. Jika dihitung dalam skala termometer, kehangatan masyarakat Turki terhadap AS, turun dari 28 derajat pada tahun 2004 menjadi 20 derajat pada tahun ini.
Sikap Eropa terhadap keinginan Turki bergabung dengan Uni Eropa, juga membuat sentimen masyarakat Turki terhadap Eropa menurun, dari 52 derajat menjadi 45 derajat. Sementara sikap hangat yang ditunjukkan Turki pada Iran, naik dari 34 derajat menjadi 43 derajat. (ln/TheIndependent)