Politisi Anti-Islam Belanda Serang Uni Eropa

Politisi Anti-Islam Belanda Serang Uni Eropa

Geert Wilders, politisi Belanda yang terkenal karena sikap anti-Islamnya, kini memiliki musuh baru yaitu, Uni Eropa (UE). Wilders cukup kecewa dengan Uni Eropa seiring dengan memburuknya krisis ekonomi di negara-negara Eropa Barat.

Pria berambut pirang itu mencoba untuk membangkitkan partainya, Partai Kebebasan (PPV) dalam pemilu mendatang dengan memanfaatkan isu krisis Eropa. Wilders ingin menyingkirkan mata uang Euro dan mengabaikan segenap aturan-aturan yang dicanangkan Uni Eropa untuk negara anggotanya.

“Kita menjadi bos dari mata uang kita atau menjadi budak Brussels (Uni Eropa)?” ujar Wilders dalam kampanyenya, seperti dikutip Associated Press, Jumat (31/2/2012).

PPV saat ini menjadi kubu politik yang kurang populer di kalangan warga Negeri Kincir Angin. Rencana kebjakan keuangan Wilders juga dinilai terlalu radikal. Sikap Wilders juga sempat membuat hubungan Belanda dan Eropa menjadi memburuk.

Belakangan ini, Wilders pun lebih sering tampil dengan retorika anti-Uni Eropanya, ketimbang membahas isu anti-imigran dan Islam. Namun krisis utang di Eropa justru membuat popularitas Wilders semakin merosot.

Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Mark Rutte dari kubu konservatif, Belanda menjadi negara yang mendukung mekanisme Jerman dalam menangani krisis ekonomi Eropa. Pada April lalu, Wilders menarik dukungannya terhadap Rutte, karena dirinya tidak sepakat dengan aturan defisit anggaran Eropa yang sebesar tiga persen.

Namun Partai Sosialis Belanda justru mulai mendapatkan banyak dukungan dan lebih disukai ketimbang PPV. Pemimpin Partai Sosialis, Emile Roemer, memiliki pandangan seperti Wilders yang tidak menyetujui defisit anggaran Eropa. Namun Roemer tidak se-ekstrim Wilders yang menginginkan negaranya keluar dari Uni Eropa.

Saat ini, kubu konservatif pun makin memusatkan perhatiannya untuk mengalahkan sosialis. Sementara itu, poling menyebutkan bahwa Wilders berada di posisi ketiga. Namun seorang pengamat menilai, partai Wilders bisa saja unggul karena adanya pertarungan yang sengit dengan konservatif dan sayap kiri.

Pengamat itu mengatakan, bila seorang konservatif tidak menyetujui mekanisme Uni Eropa, mereka bisa saja memilih PPV. Meski demikian, perjuangan Wilders untuk meraih kursi perdana menteri masih jauh dan cukup sulit.(fq/okezone)