Tindak kekerasan terhadap warga Muslim di AS kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang mahasiswa Muslim di University of California di Los Angeles (UCLA) dan pelakunya adalah aparat kepolisian.
Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) wilayah California Selatan, Hussam Ayloush mengungkapkan, beberapa anggota asosiasi mahasiswa Muslim di UCLA sudah mengontak kantor CAIR setelah kejadian itu karena khawatir dengan keselamatan mereka.
Mahasiswa yang menjadi korban itu bernama Mustafa Tabatabainejad, warga Muslim AS keturunan Iran. Peristiwa kekerasan itu terjadi pada Selasa pekan lalu, sekitar pukul 11.30 siang. Saat itu Mustafa sedang berada di laboratorium komputer di Powell Library CLICC ketika tiba-tiba sejumlah petugas keamanan setempat atau yang disebut Community Service Officer (CSO) melakukan pemeriksaan secara random pada para mahasiswa. Aparat tersebut meminta Mustafa meninggalkan laboratorium karena Mustafa tidak bisa menunjukkan kartu identitasnya.
Mustafa tidak segera beranjak pergi-sampai akhirnya anggota CSO-mahasiswa UCLA yang diperbantukan oleh departemen kepolisian Universitas California, untuk menjaga keamanan dan kegiatan pelayanan lainnya-kembali beberap menit kemudian bersama aparat kepolisian untuk memaksanya keluar.
Mustafa akhirnya beranjak dari tempat duduknya. Ketika ia sedang berjalan menuju pintu keluar dengan membawa ranselnya, seorang petugas keamanan mendekati dan mencengkeramnya. Mustafa minta agar dia dilepaskan, tapi malah datang seorang petugas lagi ikut memegangi Mustafa.
Ketika Mustafa mulai berteriak agar petugas itu melepaskannya, para petugas keamanan malah menyorongkan senjata semacam pentungan polisi yang beraliran listrik ke arah Mustafa. Akibatnya Mustafa terjatuh sambil beteriak kesakitan.
Setalah mendapat perlakuan keras dari petugas keamanan, dengan tangan diborgol, Mustafa akhirnya mau digiring keluar perpustakaan. Dan meski Mustafa mengatakan bahwa ia punya masalah kesehatan, aparat dari Departemen Kepolisian Universitas California (UCPD), berulangkali menggunakan alat setrumnya ke tubuh Mustafa.
Beberapa orang yang melihat kejadian itu meminta aparat kepolisian menghentikan tindakannya. Tapi mereka malah disuruh mundur dan aparat kepolisian mengancam akan menggunakan senjatanya itu bagi siapa saja yang berani mendekat.
Salah seorang saksi mata, Laila Gordy, mahasiswa ekonomi tahun keempat juga menerima ancaman itu ketika ia menanyakan nama seorang petugas dan nomer lencananya.
Surat kabar Los Angeles Times menyebutkan, seorang anggota polisi UCLA bernama Terrence Duren menggunakan alat penyetrumnya pada Mustafa sebanyak lima kali.
Kejadian itu sempat terekam dalam camera video handphone dan tersebar di internet dan menimbulkan kemarahan para mahasiswa di kampus-kampus di AS. Rekaman video itu juga sempat disiarkan sebuah saluran televisi nasional.
Hussam Ayloush, direktur eksekutif CAIR wilayah Caifornia Selatan mengatakan apa yang terlihat di video itu sangat menyakitkan dan siapapun yang melihatnya akan merasa terganggu rasa keamanannya.
"Rekaman video itu sangat memprihatinkan, penggunaan kekuatan terhadap Mustafa terlalu berlebihan dan masyarakat butuh penjelasan. Sulit mencari pembenaran atas penggunaan kekerasan termasuk senjata pada seseorang yang jelas-jelas bukan ancaman bagi petugas maupun bagi mahasiswa lainnya," tegas Ayloush.
Dalam rekaman video, terlihat Mustafa berteriak, "Inilah Patriot Act anda, inilah… penyalahgunaan kekuasaan."
Warga Muslim Minta Penyelidikan Independen
Atas insiden itu, CAIR mendesak agar segera dilakukan penyelidikan untuk memutuskan apakah hak sipil Mustafa sudah dilanggar dan apakah dia menjadi target atas dasar agama dan latar belakang etnisnya.
"Ada yang salah pada hari itu, Mustafa disetrum berulang kali meskipun dalam rekaman video tidak telihat bahwa Mustafa melakukan pelanggaran atau menimbulkan bahaya," ujar Ayloush.
"Kami meminta negara bagian dan otoritas nasional, termasuk FBI untuk melakukan penyelidikan yang independen atas kasus ini," tuntutnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, warga Muslim akan menunggu hasil penyelidikan apakah Mustafa memang menjadi target karena latar belakang agama dan etnisnya.
"Kami harus menahan diri untuk memberikan penilaian kami sampai hasil penyelidikan independen diumumkan ke publik," kata Ayloush.
Ia menambahkan, "Komunitas Muslim mendukung upaya penegakkan hukum dan bersedia bekerjasama dengan aparat penegak hukum untuk memastikan bahw kota-kota dan komunitas kami aman untuk siapa saja."
"Pada saat yang sama, kami juga ingin kepastian bahwa hak-hak sipil rakyat tidak dilanggar," sambungnya. (ln/iol)