Polisi Tandai 200 Anak Muslim Inggris Yang Berpotensi Jadi 'Teroris'

Sebuah program terbaru dari kepolisian Inggris yang bertujuan untuk menyelidiki radikalisme di kalangan pemuda Islam telah mengidentifikasi ratusan anak-anak dari sekolah Muslim yang diduga akan menjadi ‘teroris’, telah menjadi keprihatinan di antara organisasi Muslim di Inggris, yang memperingatkan bahwa program tersebut telah melanggar kebebasan perseorangan dan Hak azazi manusia.

Sebuah program yang dinamakan "Channel Project", yang terungkap dalam UU baru kontra teroris Inggris, baru-baru ini memilih 200 orang anak sekolah yang berumur sekitar 13 tahunan yang berpotensi dan beresiko tinggi menjadi ekstremis agama pada masa depan.

Dimulai pada pertengahan tahun 2007 yang lalu, "Channel Project" telah dilaksanakan di Lancashire dan Lambeth dimana para petugas menandai 10 orang anak muda yang berpotensial menjadi ‘teroris’ dan program ini menjadi meluas dalam pelaksanaannya di wilayah lain pada tahun 2008.

Sir Norman Bettison seorang tokoh senior Inggris dari petugas yang menanggungjawabi persoalan pencegahan terhadap teroris dan yang menyelidiki kasus Bom pada 7 Juli 2005 lalu, mengatakan bahwa tanda-tanda potensial seseorang akan menjadi radikal adalah timbulnya pandangan rasis dan adanya sikap kebencian terhadap barat.

"Salah satu dari empat orang yg dituduh terlibat kasus Bom pada 7 Juli 2005 lalu, secara sepintas dia adalah sosok pelajar biasa. Dia tidak pernah bermasalah dengan pihak kepolisian, dari keluarga yang mapan secara ekonomi dan berbaur di lingkungan masyarakat," kata Bettison kepada media The Independent.

Setelah peristiwa pembom an itu terjadi, polisi menemukan dugaan salah satu pelaku adalah pengagum Al-Qaida. Didalam buku-buku latihannya dia telah menulis pujian terhadap Al-Qaida.

Program dari "Channel Project" bekerja sama dengan pihak keluarga, tokoh masyarakat dan guru serta bekerja sama dengan polisi untuk mencari anak muda Muslim yang telah terpengaruh dan mungkin telah menunjukkan tanda-tanda ‘ekstrim’ lewat tindakan ataupun gagasan mereka.

Dewan Muslim Inggris mengakui bahwa tindakan ‘radikalisme’ adalah suatu masalah yang sedang berlangsung di masyarakat Muslim Inggris, namun mereka menyatakan keprihatinan dan menyayangkan dugaan dan tuduhan potensi radikalisme itu hanya ditujukan kepada salah satu kelompok keagamaan saja.

Inayat Bunglawala dari dewan muslim Inggris mengatakan polisi lebih memilih menanggung resiko melanggar kebebasan hak individu demi melaksanakan program itu. "Polisi harus bisa membedakan seseorang bisa berpotensi direkrut dan mengikuti aktivitas teroris dan seseorang yang benar- benar telah terlibat dalam tindakan teroris," kata dia.

Namun Bettison membuat pernyataan dan menyatakan bahwa program "Channel Project" ini ‘hanya’ bermaksud untuk membimbing dan tidak menargetkan masyarakat Muslim.(fq/alby)