Polisi Sri Lanka lakukan jam malam di Colombo mulai Minggu, sehari setelah massa Buddhis merusak sebuah masjid , insiden yang meningkatkan ketegangan agama dan memicu kekhawatiran AS.
Polisi mengumumkan bahwa jam malam akan diberlakukan kembali, mulai pukul 6:00 pm di daerah perumahan dan distrik komersial Grandpass, di bawah pengamanan ketat menyusul serangan hari Sabtu yang menyebabkan empat orang terluka.
Saksi melaporkan massa Budhis melemparkan batu di lingkungan Masjid pada hari Minggu , dan otoritas mengerahkan lebih banyak polisi dan pasukan komando paramiliter untuk menjaga situasi di bawah kontrol.
Tentara bersenjatakan senapan otomatis dikerahkan di persimpangan utama di daerah kelas atas ibukota , dan pemerintah mengadakan pembicaraan dengan para politisi muslim untuk meredakan ketegangan.
Menteri beragama Muslim dalam koalisi pemerintahan yang berkuasa, Menteri Kehakiman Rauf Hakeem, mengatakan kegagalan untuk mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang bertanggung jawab atas serangan-serangan serupa di masa lalu telah membawa kerusakan pada hukum dan ketertiban.
“Gagasan bahwa ada unsur-unsur dalam masyarakat kita yang dapat bertindak dengan kekebalan hukum harus benar-benar diberantas dari persepsi publik yang kini telah berakar di masyarakat kita,” kata menteri tersebut dalam pernyataan bersama.
Kedutaan AS di Kolombo menyatakan kekhawatiran atas kekerasan dan mendesak pihak berwenang untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab.
“Kejadian ini sangat mengganggu mengingat sejumlah serangan baru-baru ini terhadap komunitas Muslim di Sri Lanka,” kata kedutaan dalam pernyataannya.
“Target penyerangan setiap tempat ibadah tidak boleh diijinkan dan kami mendesak semuanya tenang dari semua sisi.”
AS, yang Maret memprakarsai resolusi Dewan HAM PBB melawan Sri Lanka atas tuduhan kejahatan perang terhadap pemberontak Macan Tamil pada Mei 2009, juga mendesak Kolombo untuk memastikan adanya kebebasan beragama.
Ulama Islam setempat menyatakan keprihatinan atas serangan hari Sabtu, insiden yang picu keberatan massa Buddha untuk pembukaan masjid baru.
“Dengan serangan ini, kami khawatir lagi dan kita melihat tren ini (anti-Muslim) terus berlanjut . Kami mengutuk serangan ini.”
Farook mencatat bahwa Kekerasan terakhir itu terjadi lima bulan lalu (Sekitar bulan Maret) setelah pembakaran dua gedung perusahaan milik muslim di luar ibukota.
Tiga biksu dan 14 orang lainnya ditangkap sehubungan dengan serangan pembakaran pada bulan Maret kemudian dibebaskan begitu saja ketika polisi dan korban tidak mengajukan tuntutan.
Dalam insiden lain, umat Buddha radikal memaksa ulama Islam untuk mencabut sertifikasi halal dari makanan yang dijual secara lokal, mengklaim bahwa itu menyinggung penduduk mayoritas non-muslim.
Seorang pejabat keamanan mengatakan kepada AFP , massa Buddha keberatan dengan adanya masjid baru, yang dibangun untuk menggantikan tempat yang lebih tua karena dialokasikan untuk akses jalan .
“Candi Buddha keberatan dengan relokasi masjid dan masalah dimulai pada hari Sabtu ketika adanya shalat Isha di masjid,” kata pejabat itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. (Arby/Dz)