PM Turki: Israel Biang Keladi Konflik di Gaza

Perdana Menteri Recep Tayyib Erdogan menuding Israel sebagai biang keladi dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza. Erdogan menilai Israel-lah yang selama ini memprovokasi Hamas agar menembakkan roket-roketnya ke Jalur Gaza.

"Hamas sudah menghormati kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Mesir. Tapi pihak Israel malah terus melakukan blokade di Gaza. Sebab itu, saya menilai Israel-lah pihak yang telah melakukan provokasi, bukan Hamas," kata Erdogan dalam wawancara dengan al-Jazeera.

Pada kesempatan itu Erdogan mendesak Israel untuk mengakhiri serangan dan mencabut blokadenya di Jalur Gaza. "Upaya Israel menekan warga Gaza dengan menimbulkan kelaparan, melarang masuk bantuan kemanusiaan dan bantuan medis ke Gaza membuat situasi di Gaza tak tertahankan," kata Erdogan.

Ia juga mengatakan, dalam kunjungan kenegaraannya ke Suriah, Yordania, Mesir dan Arab Saudi, Turki mengusulkan dua tahap upaya mengakhiri konflik di Jalur Gaza. Tahap pertama, kata Erdogan, menciptakan kembali gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Tahap kedua, mengakhiri perpecahan yang terjadi di kalangan faksi politik di Palestina.

Pertemuan Liga Arab

Sementara itu, negara-negara Arab masih belum bisa mengambil keputusan tegas untuk menghentikan kebiadaban Zionis Israel di Jalur Gaza, setelah gagal menekan Dewan Keamanan agar mengeluarkan resolusi keras terhadap Israel.

Para menlu negara Arab hari ini menggelar pertemuan di markas besar PBB di New York bersama Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk membahas tekanan apa lagi yang akan dilakukan pada Dewan Keamanan PBB atas krisis di Gaza.

Sumber-sumber di PBB mengungkapkan, para menlu Arab dan sekjen PBB sedang membahas proposal resolusi baru untuk diajukan ke DK PBB. Resolusi baru itu, menurut sumber-sumber tadi, berisi tiga poin utama yaitu, desakan untuk segera menciptakan gencatan senjata, pembentukan formasi ‘koridor kemanusiaan’ untuk menyalurkan bantuan ke Gaza dan membentuk ‘mekanisme pengawasan’ atas jalannya gencatan senjata.

Meski demikian, utusan Israel di PBB Gabriela Shalev mengisyaratkan menolak usulan gencatan senjata sepanjang Hamas masih melakukan perlawanan dengan tembakan-tembakan roketnya ke Israel.

Di sisi lain, Menlu Palestina Riad Maliki menyebut pertemuan itu sebagai bentuk "keharmonisan negara-negara Arab" dan berharap DK PBB menyetujui proposal resolusi baru itu.

"Resolusi itu, yang utama sekali harus bisa menghentikan agresi Israel ke Jalur Gaza, kemudian merencanakan gencatan senjata permanen di Gaza, mencabut blokade Israel dan dibukanya semua perbatasan antara wilayah Israel-Gaza dan Gaza-Mesir," ujar Maliki berharap. (ln/aljz/Lebanon News)