Perdana Menteri Turki Recep Tayep Erdogan mengecam aksi kekerasan yang terjadi di wilayah Xinjiang yang dilakukan militer China terhadap penduduk wilayah itu yang mayoritas Muslim dan berasal dari etnik Tuskistan Timur atau Uighur.
Erdogan bahkan menyebut aksi kekerasan tersebut sebagai pembantaian massal atau Holocaust. "Sebuah peristiwa pembantaian massal tengah terjadi di wilayah Xinjiang di barat laut China yang mayoritas penduduknya adalah Muslim," kata Erdogan.
Dalam sebuah wawancaranya pada Jum’at (10/7) kemarin di kanal televisi Turki NTV, Erdogan juga menyebut tak ada kata-kata lain untuk tindakan represif yang dilakukan keamanan Cina di Uighur kecuali hal tersebut adalah pembantaian etnis secara besar-besaran.
Sebagaimana dilansir oleh beberapa media, menyusul demonstrasi yang dilakukan rakyat Uighur pada beberapa hari lalu yang berbuntut kerusuhan tersebut, pemerintahan Cina telah menculik lebih dari 1434 Muslim Uighur. Sementara itu, jumlah korban yang mati dalam peristiwa memilukan itu mencapai 156 jiwa, sementara 800 lainnya luka-luka.
Terkait kasus tersebut, Erdogan juga menyerukan pemerintahan Cina untuk ikut turun tangan menangani kasus tersebut agar tak lagi banyak korban yang menyusul berjatuhan.
Turki memiliki sebuah kedekatan yang istimewa dengan etnik Uiguhur. Keduanya disatukan oleh kesamaan rumpun etnik (Turki modern berasal dari ras Turk begitu juga Uighur, mereka adalah ras Turkistan Timur), bahasa, dan kebudayaan.
Wilayah ras, bahasa, dan budaya Turki sendiri saat ini membentang mulai dari Turki (modern) di Asia Minor (Anatolia), Kaukasus, Asia Tengah (meliputi Turkmeneistan, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgistan) hingga Uighur di Xinjiang sebagai ujung batas wilayah timur.
Maka, rakyat Uighur yang nota benenya adalah ras-bangsa Turki, jelas tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan Cina yang mayoritas penduduknya adalah bangsa Han. Cina jelas-jelas menjajah Uighur.
Sebagai bentuk protes atas apa yang dilakukan Cina kepada ras serumpun Turki, menteri teknologi Turki pun memutuskan untuk memboikot semua produk Cina.
Beberapa hari yang lalu, pemerintahan Turki juga mengumumkan pihaknya akan memberikan visa kepada para pemimpin Uighur, khususnya Rabiah Kadir yang saat ini berada di Amerika. (L2/alm)