Perdana Menteri Tunisia Ali Laarayedh mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintah Islamis tidak akan mengundurkan diri meskipun banyaknya tuntutan massa oposisi setelah pembunuhan oposisi sayap kiri Mohammad Brahimi pada pekan lalu.
Dalam konferensi pers , Larayedh berjanji untuk menyelesaikan konstitusi pada bulan Oktober dan mengadakan pemilihan pada 17 Desember.
“Pemerintah akan tetap: kita tidak cinta kekuasaan , tapi kami memiliki tugas dan tanggung jawab bahwa kami akan bekerja sampai akhir,” katanya kepada televisi pemerintah.
Pembunuhan Brahimi pada Kamis memicu negara itu ke dalam kekacauan politik, oposisi menuduh pemerintah gagal untuk menjamin keamanan bagi warga negara.
Larayedh memuji prestasi pasukan keamanan bahwa mereka mampu mengidentifikasi pembunuh dalam waktu 24 jam.
Lebih dari 50 anggota majelis nasional telah mengundurkan diri, Langkah itu didukung pada hari Senin oleh protes ribuan orang di luar sidang.
Rachid Ghannouchi, pemimpin Partai Islam Ennahda yang menjalankan pemerintahan , mengatakan kepada Associated Press bahwa gerakannya adalah “terbuka untuk semua oposisi,” namun ia menolak pembubaran majelis, mengatakan itu “merupakan legitimasi dari hasil kotak suara dan dipilih secara demokratis. ” (Arby/Dz)