Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt menyatakan minta maaf pada warga Muslim atas krisis yang terjadi akibat publikasi kartun Nabi Muhammad Saw oleh surat kabar Nerikes Allehanda pada tanggal 18 Agustus kemarin.
"Saya menyesal jika ada orang yang melakukan penghinaan dan membuat orang lain merasa dihina, " kata Reinfeldt dalam pertemuan dengan para pimpinan Dewan Muslim.
Lebih lanjut PM Reinfeldt menyatakan, Swedia adalah negara yang penduduknya menganut beragam agama dan mereka bisa hidup berdampingan. "Jika ada yang ingin memprovokasi, selayaknya tidak menghambat niat baik untuk berdialog, " ujarnya.
Pertemuan yang digelar di sebuah masjid di Stockholm hari Selasa (4/9) memang khusus membahas tentang pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dimuat surat kabar Allehanda. Para pemuka Dewan Muslim Swedia dan PM Reinfeldt berdialog untuk meredam ketegangan yang dipicu oleh pemuatan kartun tersebut.
"Ini merupakan kontrak tingkat tinggi dengan perdana menteri, yang baru pertama kali ini dilakukan, " kata Ketua Dewan Muslim Helena Benouda.
Ia menyatakan, dalam pertemuan tersebut, para pemuka Muslim memberikan sejumlah usulan agar kasus semacam kartun Nabi Muhammad Saw tidak terulang lagi.
"Kami sudah mengusulkan sebuah rencana aksi, di mana warga Muslim dilibatkan dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan setiap persoalan yang mungkin terjadi di masa depan, " papar Benouda.
Menurutnya, PM Reinfeldt berjanji akan memdiskusikan usulan-usulan yang diajukan Dewan Muslim. Di sisi lain, Benouda menghimbau warga Muslim tidak memperluas krisis akibat publikasi kartun tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Union of Islamic Organization Eropa Chakib Benmakhlouf. "Kami menolak seruan boikot produk-produk Swedia dan aksi-aksi protes disertai tindak kekerasan, " tukasnya.
Ia mengatakan, organisasi yang dipimpinnya, akan menggelar konferensi dalam beberapa hari mendatang, yang membahas krisis dan konsekuensi akibat munculnya kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad Saw, serta mencari jalan keluar agar kasus serupa tidak terulang lagi. (ln/iol)