PM Israel: Tidak Ada Perdamaian Selama Hamas Masih Kuasai Ghaza

Pernyataan PM Israel soal keinginannya berdamai dengan Palestina, nampaknya cuma lip-service semata. Usai bertemu dengan Presiden Mesir Husni Mubarak di Sharm el-Syaikh hari Selasa (20/11), Ehud Olmert menegaskan bahwa tidak akan pernah ada kesepakatan damai jika Hamas masih menguasai Jalur Ghaza.

"Sebelum semua komitmen Peta Jalan Damai diimplementasikan, tidak akan ada kesepakatan damai. Peta Jalan Damai juga berlaku untuk wilayah Jalur Ghaza. Ghaza harus menjadi bagian dari negara Palestina, dan rakyat Palestina harus memerangi terorisme, termasuk teroris yang ada di Jalur Ghaza, " tukas Olmert mengacu pada kelompok Hamas yang saat ini menguasai Ghaza.

Sementara itu, Presiden Mesir Husni Mubarak mengakui sangat sulit untuk meramalkan masa depan pembentukan negara Palestina, jika tidak meliputi wilayah Jalur Ghaza. "Hamas dan Fatah punya banyak persoalan. Kami tidak bisa mengatakan bagaimana bisa ada negara Palestina jika wilayah Ghaza terpisah dari Palestina. Palestina harus menjadi satu negara yang utuh dan ini butuh waktu, " kata Mubarak.

Jam Malam

Pada saat yang sama rejim Zionis menerapka jam malam di semua kota dan desa di bagian utara Tepi Barat. Jam malam itu menutup semua akses ke Al-Quds bagi warga Palestina.

Dengan diterapkannya jam malam, rejim Zionis Israel mengerahkan pasukannya di lebih dari 700 pos-pos pemeriksaan dan membuat blokade di jalan-jalan di Tepi Barat. Pasukan Zionis itu diperintahkan untuk dengan ketat mengawasi gerakan warga Palestina.

Juru bicara militer Israel mengatakan, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak telah memerintahkan pasukannya untuk meningkatkan langkah pengamanan untuk mengantisipasi munculnya apa yang mereka sebut "kemungkinan gelombang serangn teroris" menjelang konferensi Annapolis di AS. (ln/presstv/al-araby)