Setelah melakukan pembicaraan dengan para kepala keamananannya, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert memutuskan untuk menggelar operasi militer terbatas ke Gaza.
Keputusan itu diambil setelah sayap militer Hamas menyatakan mengakhiri gencatan senjata di Ghaza karena Israel selalu melanggar kesepakatan itu.
Olmert dalam pernyataannya mengatakan, militernya akan menetapkan "target-target serangan" nya ke tempat-tempat peluncuran roket di wilayah Palestina.
"Israel tidak akan segan-segan untuk mengambil langkah tegas terhadap mereka yang berusaha mengganggu kedaulatan Israel dengan cara menembakkan roket-roket ke wilayah kami, menyerang tentara-tentara kami, " demikian isi pernyataan kantor Olmer hari Rabu (25/4).
Militer Israel dikabarkan baru saja menyelesaikan program latihan guna menyiapkan pasukan daratnya untuk penyerangan begitu pemerintah memberikan lampu hijau. Namun sumber di Israel mengatakan, bahwa Olmert saat ini tidak tertarik untuk melakukan serangan besar-besaran. Olmert, kata sumber itu, juga akan menahan diri untuk tidak memburu para komandan faksi pejuang dan pimpinan politik di Palestina.
Seperti diketahui, pada Selasa kemarin, sayap militer Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam menyatakan mengakhiri gencatan senjata di Gaza, dengan menembakkan sejumlah roket ke wilayah Israel. Tembakan roket itu dilakukan sebagai pembalasan setelah tentara Israel membunuh sembilan warga Palestina di Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat awal pekan kemarin.
Di Roma, Presiden Palestina Mahmud Abbas meminta Israel untuk menahan diri. Ia mengatakan, serangan balasan pejuang Palestina di Gaza, yang dianggap sebagai pelanggaran gencatan senjata adalah pengecualian.
"Saya mengambil kesempatan ini untuk meminta Israel agar mengontrol tindakannya supaya serangan ini tidak terjadi lagi, " himbau Abbas.
Juru bicara pemerintahan koalisi Hamas-Fatah, Ghazi Ahmad juga menyerukan agar gencatan senjata tetap dilakukan. "Pemerintah berkeinginan untuk mempertahankan gencatan senjata dan ketenangan, kami berusaha melalui konsultasi dan pembicaraan dengan faksi-faksi pejuang Palestina agar mengambil posisi untuk melindungi rakyat kami, " ujar Ghazi Ahmad. (ln/aljz)