PM Menteri Irak Nuri al-Maliki menyatakan kesabarannya sudah habis mendengar alasan-alasan yang dikemukakan oleh militer AS bahwa pasukannya tidak sengaja membunuh warga sipil Irak, terkait dengan kasus pembunuhan dua keluarga di kota Haditsah. Untuk itu al-Maliki akan membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus tersebut.
"Ada batasan untuk alasan-alasan yang bisa diterima. Betul, kesalahan mungkin terjadi. Tapi ada batasan terhadap kesalahan yang bisa diterima," kata al-Maliki mengomentari penyelidikan yang dilakukan AS atas peristiwa yang menewaskan 24 warga sipil Irak pada bulan November lalu.
"Kami sangat khawatir dengan makin meningkatnya ‘kesalahan’ yang dilakukan pasukan AS. Saya tidak mengatakan bahwa mereka melakukan kesengajaan, tapi bagi kami ini mengkhawatirkan," ujarnya.
"Kami menegaskan bahwa pasukan kami, pasukan multinasional, akan menghormati hak asasi, hak warga negara Irak. Pembunuhan terhadap satu keluarga tidak dibenarkan, hanya karena seseorang ingin melawan terorisme. Kita harus lebih spesifik dan hati-hati," sambung al-Maliki.
Ia menegaskan, pemerintahannya tidak hanya akan menyelidiki peristiwa Haditsah, tapi juga kasus-kasus serupa lainnya. "Kami akan meminta jawaban bukan hanya tentang peristiwa Haditsah tapi juga tentang semua operasi… di mana terjadi pembunuhan yang dilakukan secara tidak sengaja dan kami akan meminta pertanggungjawaban pada pelakunya," ujar al-Maliki.
Di Washington, Gedung Putih berjanji akan bersikap transparan pada publik atas semua hasil penyelidikan departemen pertahanan atas peristiwa Haditsah.
Juru bicara Gedung Putih Tony Snow mengatakan, departemen pertahanan sedang melakukan penyelidikan atas peristiwa Haditsah. "Kalau semuanya sudah selesai, detilnya akan akan umumkan ke publik, sehingga kita mendapat gambaran apa yang sebenarnya terjadi," kata Snow.
Menurut kuasa hukum salah seorang tersangka pelaku Haditsah, Paul Hackett, sekurangnya ada 12 orang anggota marinir AS- di antara mereka yang paling tinggi pangkatnya adalah sersan- saat ini sedang menjalani penyelidikan.
Selain peristiwa Haditsah, sebenarnya masih banyak peristiwa pembunuhan warga sipil Irak oleh pasukan koalisi AS yang belum tersentuh hukum. Misalnya peristiwa serangan pasukan AS ke sebuah masjid pada bulan Maret lalu yang menewaskan sejumlah warga sipil Irak. (ln/aljz)