Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki gagal memenuhi janjinya untuk segera menetapkan nama menteri pertahanan dan menteri dalam negeri di jajaran kabinetnya.
Penyebabnya, faksi-faksi politik, etnik dan kelompok sektarian, gagal mencapai kata sepakat dalam memilih orang yang tepat untuk menduduki kedua posisi strategis itu.
PM Irak menginginkan dua jabatan tersebut dipegang oleh orang-orang non partisan, netral tapi bisa diterima semua elemen di Irak. Keinginan ini terkait dengan rencana pemerintahan Maliki untuk memulihkan keamanan dan stabilitas di Irak, yang belakangan ini masih diwarnai aksi-aksi kekerasan.
"Kedua posisi itu belum akan diumumkan hari ini. Kami berharap dalam tiga hari ini," kata deputi Syiah Baha al-Araji. Tadinya, banyak kalangan yang berharap al-Maliki sudah mengambil sumpah kedua orang menteri tersebut pada hari Minggu (28/5) sesuai janji Maliki.
Pandangan yang berkembang di parlemen Irak saat ini, al-Maliki disarankan untuk memberikan posisi menteri dalam negeri pada kelompok syiah dan posisi menteri pertahanan pada kelompok sunni. Komposisi ini dinilai adil, sehingga memudahkan Maliki untuk mewujudkan rencananya mengambil alih keamanan di Irak dalam jangka waktu 18 bulan kedepan serta untuk menarik minat warga Sunni agar mau bergabung menjadi pasukan keamanan Irak. Selama ini, kelompok sunni Arab dianggap menjadi biang keladi ketidakstabilan di negeri itu, lewat kelompok-kelompok bersenjatanya.
Sementara itu, aksi-aksi kekerasan di negeri 1001 malam itu belum juga mereda. Hari ini, Senin (29/5) sebuah bom yang dipasang di jalan meledak dan menghancurkan sebuah bis yang membawa pegawai. Akibat peristiwa itu, 11 orang tewas dan 11 lainnya luka-luka.
Bis yang membawa 44 pegawai itu, baru saja keluar dari terminal dengan tujuan Camp Ashraf, sebuah tempat penampungan kelompok Mujahidin el-Khalq, kelompok pergerakan asal Iran yang pernah mendapatkan dukungan rejim Saddam Hussein dan ingin menjatuhkan rejim ulama di Iran. Sejak persenjataan mereka dilucuti, pasukan AS menempatkan anggota kelompok itu di Camp Ashraf.
Selain ledakan bom yang menimpa bis pegawai tersebut, ledakan bom lainnya mengguncang kota Baghdad, tepatnya di wilayah Karrada sebuah lokasi pemukiman kalangan menengah-atas di Irak. Sumber di rumah sakit Ibnu al-Nafis menyebutkan, ledakan tersebut menewaskan satu orang dan melukai tiga orang. (ln/arabworldnews/aljz)