Perdana Menteri Inggris Tony Blair setuju kalau Kamp Penjara Guantanamo yang dibangun AS segera ditutup. Berbicara di hadapan anggota parlemen Inggris, Rabu (1/3), ia kembali menegaskan bahwa apa yang terjadi kamp penjara Guantanamo adalah sebuah ‘penyimpangan’, namun ia mengatakan penting juga untuk mengingat dalam konteks apa kamp penjara itu dibuat.
Dalam rapat dengar pendapat mingguan dengan parlemen, Blair mengungkapkan, "Saya harap proses hukum dapat dilakukan agar kamp penjara Guantanamo bisa ditutup- seperti yang saya pikir bahwa kamp penjara itu harus ditututup berdasarkan alasan-alasan yang sudah saya kemukan."
Ia mengatakan, kamp penjara Guantanamo menjadi ‘aksi teroris paling buruk yang pernah diketahui dunia.’ Blair membandingkannya dengan serangan 11 September di AS yang menewaskan 3.000 orang.
"Orang-orang yang diciduk dari Afghanistan adalah orang-orang yang membantu para pembangkang di sana untuk mengalahkan tentara AS dan Inggris. Maka saya setuju ini adalah sebuah ‘penyimpangan’ dan itulah sebabnya harus dihentikan. Namun saya khawatir saya akan-ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini-menarik perhatian terhadap kenyataan ketika ini diajukan," kata Blair.
Dalam kurun waktu 4 tahun, sekitar 500 tahanan dipenjarkan di kamp Guantanamo. Dari ratusan tahanan itu, hanya 10 orang yang secara formal dijatuhkan sangsi atas tuduhan sebagai teroris. Kebanyakan tahanan ditangkap setelah AS menginvasi Afghanistan untuk menumbangkan rejim Taliban.
Tahanan Guantanamo Gugat Pemerintah AS
Di Washington, seorang warga Yaman, Muhammad Bawazir, yang ditahan di kamp penjara Guantanamo, mengajukan gugatan hukum karena dipaksa makan lewat cara pemasangan infus, saat melakukan aksi mogok makan.
Kuasa hukum Bawazier, Rick Murphy menyatakan, hakim federal Gladys Kessler sudah memberi waktu pada pihak berwenang AS untuk menyampaikan argumennya sampai Rabu malam.
Bawazier sudah ditahan di Guantanamo sebagai tersangka teroris sejak awal 2002. Ia ikut melakukan aksi mogok makan bersama para tahanan lainnya pada bulan Agustus 2005 sebagai bentuk protes atas kondisi yang terjadi di penjara Guantanamo.
Menurut para pengacara AS yang memiliki akses terbatas untuk bertemu dengan kliennya di kamp penjara itu, otoritas militer AS belakangan ini mengubah taktik mereka dengan memaksa para tawanan yang melakukan aksi mogok makan untuk menerima asupan makanan. Itulah yang terjadi dengan Bawazier dan rekan-rekannya senasib, mereka dipaksa menerima asupan makanan melalui selang sejak bulan Januari kemarin.
Para kuasa hukum tawanan Guantanamo mengungkapkan, sejak 11 Januari Bawazier secara paksa diikat di kursi, dengan tangan, kaki, kepala dan badannya diikat, untuk diberi makan. Selain itu, Bawazier juga tidak diperkenankan ke toilet ketika sedang diberi makan atau berjam-jam setelahnya.
Dari dokumen-dokumen yang dikirimkan ke pengadilan, disebutkan bahwa Bawazier terpaksa menghentikan aksi mogok makannya pada 22 Januari "hanya karena perlakuan brutal militer AS yang mulai dialami Bawazier pada 11 January."
Diduga taktik baru itu dilakukan militer AS, karena Kongres AS dalam undang-undang yang baru melarang adanya penyiksaan terhadap para tahanan. Meski pihak berwenang AS berulang kali menegaskan bahwa para tahanan di Guantanamo diperlakukan dengan baik. (ln/aljz)